
Rupiah Akhirnya Menguat, tapi Bukan Karena Sedang Berjaya

Jakarta, CNBC Indonesia - Bergerak cukup fluktuatif, rupiah berhasil menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) sepanjang pekan ini, setelah terkoreksi selama 8 pekan beruntun. Normalisasi imbal hasil (yield) US Treasury menjadi pembalik situasi.
Mata Uang Garuda bertengger di level 14.520 per dolar AS, atau melemah 0,03% secara harian pada Jumat (24/4/2021) kemarin. Namun secara mingguan, rupiah terhitung menguat 0,27% karena pada akhir pekan lalu rupiah berada di angka Rp 14.560/dolar AS.
Indeks dolar yang sedang dalam tren menurun membuat rupiah mampu menghentikan koreksi mingguan dalam 8 pekan beruntun. Koreksi mingguan terpanjang terjadi pada September 2015 sebanyak 11 pekan berurutan.
Penguatan pada Jumat tersebut terjadi setelah rupiah menguat 3 hari sepekan ini. Mengawali pekan dengan reli 0,1%, rupiah mulai berfluktuasi pada Rabu dengan depresiasi sebesar 0,21%. Pada Kamis, berbarengan dengan perubahan kebijakan larangan mudik, rupiah pun menguat.
Pada Jumat, indeks dolar AS turun 0,5% ke 90,86 berada di dekat level terendah sejak awal Maret. Sepanjang pekan ini, indeks yang mengukur kekuatan dolar AS tersebut melemah 0,6%, dan sepanjang April merosot 2,5%.
Indeks dolar AS terus merosot setelah Ketua bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) Jerome Powell pada Rabu menyebutkan perekonomian AS sudah membaik, dan inflasi akan terus naik. Namun, itu belum cukup bagi The Fed untuk mengubah kebijakan moneternya.
Artinya, mereka tak akan memperketat kebijakan moneter dan terus menggelontorkan dana US$ 120 miliar per bulan untuk membeli obligasi di pasar (quantitative easing/QE). Dus, pasokan uang beredar masih akan berlebih sehingga secara teoritis dolar AS pun melemah di pasar.
Kondisi tersebut membuat imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun-yang menjadi acuan di pasar-bergerak di kisaran 1,56% pada Jumat. Sebelumnya, yield tertinggi tahun ini dicapai pada Maret sebesar 1,75% yang menekan rupiah karena investor global menarik dananya (capital outflow) untuk dibelikan obligasi pemerintah AS.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Penutupan Pasar: Rupiah Tertekan Cuma 5 Poin ke Rp 14.295/US$