Wah! 3 Mata Uang Gak Menarik buat Investor, Termasuk Rupiah?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
23 April 2021 18:20
rupiah melemah terhadap Dollar
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Dalam tempo 2 pekan sentimen pelaku pasar terhadap mata uang utama berubah drastis. Dari sebelumnya yang tidak menarik dan dilepas, kini kembali dikoleksi.

Hal tersebut tercermin, dari survei 2 mingguan yang dilakukan Reuters. Survei tersebut menggunakan skala -3 sampai 3, angka negatif berarti pelaku pasar mengambil posisi beli (long) mata uang Asia dan jual (short) dolar AS. Semakin mendekati -3 artinya posisi long yang diambil semakin besar.

Sementara angka positif berarti short mata uang Asia dan long dolar AS, dan semakin mendekati angka 3, semakin besar posisi short mata uang Asia.

Pada 2 pekan lalu, investor mengambil posisi short terhadap semua 10 mata uang Asia tersebut. Survei terbaru yang dirilis Kamis (23/4/2021) kemarin investor hanya mengambil posisi short hanya di tiga mata uang saja, sayangnya salah satunya rupiah.

Hasil survei terbaru menunjukkan angka untuk rupiah di 0,56, sedikit membaik ketimbang 2 pekan lalu 0,59. Selain rupiah ada baht Thailand yang juga membaik dari 0,91 ke 0,58. Kemudian rupee India yang paling buruk, investor malah menambah posisi jual rupee hingga ke level tertinggi 1 tahun, di 0,75 dari 2 pekan lalu 0,2.

Hanya dalam tempo 2 pekan, investor mengambil posisi jual rupee yang sangat signifikan. Hal tersebut terjadi akibat meledaknya kasus penyakit virus corona (Covid-19) di India.
Sementara itu 7 mata uang utama Asia lainnya angkanya sudah negatif. Artinya pelaku pasar mengambil posisi beli terhadap mata uang tersebut.

Meredupnya ekspektasi kenaikan suku bunga di AS membuat mata uang Asia kembali menarik bagi pelaku pasar, dan melepas lagi dolar AS. Sepanjang bulan ini, indeks dolar AS terus mengalami penurunan.

Sore ini, Jumat (23/4/2021), indeks dolar AS turun 0,33% ke 91,036 berada di dekat level terendah sejak awal Maret. Sepanjang pekan ini, indeks yang mengukur kekuatan dolar AS tersebut melemah 0,57%, dan sepanjang April merosot nyaris 2,5%.

Indeks dolar AS terus merosot setelah ketua bank sentral AS (The Fed) Jerome Powell, pada Rabu lalu yang menyebutkan perekonomian AS memang sudah membaik, dan inflasi juga akan terus naik. Tetapi hal tersebut masih belum cukup bagi The Fed untuk menaikkan merubah kebijakan moneternya, yang masih akan dipertahankan hingga krisis berakhir.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Pemulihan Ekonomi Lambat, Rupiah Tertinggal

Tertinggalnya rupiah dari mata uang Asia lainnya terjadi akibat pemulihan ekonomi yang berjalan lambat, proyeksi produk domestik bruto (PDB) pun dipangkas.

Dana Moneter International (International Monetary Fund/IMF) pada pekan lalu merilis World Economic Outlook edisi April merilis proyeksi terbaru pertumbuhan ekonomi.

Dalam laporan tersebut, IMF memberikan proyeksi yang optimistis terhadap perekonomian global, tetapi tidak untuk kawasan ASEAN, termasuk Indonesia.

IMF merevisi pertumbuhan ekonomi global di tahun ini menjadi 6%, dibandingkan dengan proyeksi yang diberikan bulan Januari lalu yang sebesar 5,5%.

Amerika Serikat memimpin pemulihan ekonomi. Pada bulan Januari lalu IMF memproyeksikan produk domestik bruto (PDB) tumbuh 5,1%, tetapi kini direvisi menjadi 6,4%.

Indonesia sebaliknya, IMF kembali menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun ini menjadi 4,3%, dibandingkan proyeksi yang diberikan bulan Januari lalu sebesar 4,8%. Pada bulan Oktober tahun lalu, IMF bahkan memproyeksikan produk domestik bruto (PDB) Indonesia akan melesat 6,1%.

Wakil Direktur IMF untuk Departemen Asia dan Pasifik, Jonathan Ostry, mengatakan bahwa peningkatan kasus Covid dan lockdown yang kembali diberlakukan di beberapa wilayah membuat prospek pertumbuhan ekonomi beberapa negara Asia Tenggara menurun.

"Kami khawatir tentang prospek pariwisata, kapan sektor tersebut akan dibuka kembali," kata Ostry pada Rabu (14/4/2021), dikutip dari CNBC International.

Sementara itu, Bank Indonesia (BI) Selasa lalu mengumumkan mempertahankan suku bunga acuan 3,5%. Namun, BI menurunkan proyeksi produk domestik bruto (PDB) tahun ini menjadi 4,1-5,1% dari sebelumnya 4,3-5,3%.

"Pertumbuhan ekonomi diperkirakan 4,1-5,1%," ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers usai Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode April 2021, Selasa (20/4/2021).

Menurut Perry, satu hal yang membuat pertumbuhan ekonomi lebih terbatas adalah konsumsi swasta. Memang masih ada pertumbuhan, tetapi lajunya lebih rendah ketimbang proyeksi sebelumnya.

Terbatasnya konsumsi, lanjut Perry, disebabkan oleh mobilitas masyarakat yang masih terbatas. Indonesia memang terus menggenjot pelaksanaan vaksinasi anti-virus corona, tetapi bukan berarti sudah tidak ada pembatasan aktivitas dan mobilitas masyarakat.

Terbatasnya mobilitas masyarakat masih terus berlanjut, bahkan semakin meluas. Sebab, pemerintah memutuskan untuk kembali memperpanjang pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) mikro.

"Berdasarkan hasil evaluasi, pemerintah melanjutkan perpanjangan PPKM mikro tahap keenam tanggal 20 April sampai 3 Mei 2021," kata Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional Airlangga Hartarto, Senin (19/4/2021).

Selain itu ada penambahan 5 provinsi yang menerapkan PPKM, yaitu Sumatra Barat, Jambi, Bangka Belitung, Lampung, dan Kalimantan Barat.

PPKM diterapkan mulai 11 Januari 2021, berlaku selama dua mingguan dan sampai saat ini terus diperpanjang. Selama PPKM masih terus berlangsung, maka mobilitas masyarakat tentunya akan terbatas, sehingga roda perekonomian masih akan berjalan dengan perlahan.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular