Bos OJK Ungkap Alasan Industri Keuangan Syariah Tertinggal

Monica Wareza, CNBC Indonesia
23 April 2021 13:28
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso dalam acara Sarasehan Akselerasi Pemulihan Ekonomi Nasional (tangkapan Layar Youtube Jasa Keuangan)
Foto: Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso dalam acara Sarasehan Akselerasi Pemulihan Ekonomi Nasional (tangkapan Layar Youtube Jasa Keuangan)

Jakarta, CNBC Indonesia - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan saat ini industri keuangan syariah masih  ketinggalan jika dibanding dengan keuangan konvensional. Bahkan pangsa pasar untuk keuangan syariah ini baru mencapai 9,96% secara keseluruhan, baik untuk perbankan, non-bank maupun pasar modal.

Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan market share yang masih rendah ini disebabkan karena masyarakat yang belum tertarik untuk memilih produk syariah ketimbang produk konvensional atau bisa juga karena literasi keuangan syariah di masyarakat yang masih rendah.

"Sekarang ini kalau kita lihat faktanya bahwa dari ukuran ukuran ternyata market sharenya masih 9,96% dari total produk keuangan kita yang ditawarkan kepada masyarakat. Artinya masyarakat belum sepenuhnya memilih produk syariah. Ya karena tadi mungkin saja karena salah satunya memang mungkin produk syariahnya ga ada, yang ada non syariah atau mungkin mahal atau kualitasnya kalah bagus sehingga ga milih produk syariah," kata Wimboh dalam Sarasehan Peran Sektor Keuangan Syariah Dalam Mengakselerasi Pemulihan Ekonomi Jawa Tengah, Jumat (23/4/2021).

Untuk mendorong pertumbuhan ini, kata Wimboh, harus ada lembaga keuangan syariah yang memiliki size besar. Dengan adanya lembaga keuangan yang besar ini akan dapat menawarkan produk yang diinginkan oleh masyarakat dengan kualitas bagus dan harga murah.

Dengan ketersediaan produk sesuai dengan harapan masyarakat, ini akan membuka kesempatan bagi lembaga syariah bisa masuk dalam kompetisi dengan lembaga keuangan konvensional/

"Sekarang kalau masyarakat yang besar katakanlah perlu hedging, hedging syariah udah ada belum, mungkin ini pertanyaan besar. Sekarang ini kita mau akses bank syariah yang mau jadi partner bisnisnya di luar negeri, mungkin pertanyaan besar," lanjutnya.

Salah satu upaya yang telah mejadi milestone pengemangan keuangan syariah iniadlaah dengan terbentuknya PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS). Meski belum menjadi yang terbesar di Indonesia namun bank ini telah masuk dalam posisi ke-7 bank terbesar di Indonesia.

Wimboh mengatakan, bank ini diharapkan dapat memberikan pembiayaan yang murah dan berkualitas. Selain itu dapat menjadi pengampu lembaga keuangan syariah yang kecil, yang nanti bisa membina dan menelorkan produk yang bisa dijual oleh lembaga syariah yang lain.

Dengan demikian, nantinya akan menciptakan ekosistem keuangan syariah yang ujung-ujungnya bisa meningkatkan angka statistik keuangan syariah di Indonesia.

"Sehigga pengembangan industri halal penting. Ekosistem ini harus dibuat dan dijahit sehingga berbagai hal bisa ter-deliver dengan baik dengan produk murah dan kualitas bagus dan indikator market share akan naik dan juga dengan demikian industri keuangannya memberikan kontribusi sebagaimana ekspektasi masyarakat," tandasnya.


(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article OJK Akan Panggil Jusuf Hamka, Klarifikasi Bank Syariah Zalim

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular