
Dolar Singapura Menguat Lagi, Jadi Bukti Rupiah Masih Loyo

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah mampu menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga pertengahan perdagangan Kamis (22/4/2021).
Tetapi berhadapan dengan dolar Singapura, rupiah malah melemah. Pergerakan tersebut menunjukkan rupiah sebenarnya masih loyo.
Melansir, data Refinitiv, pada pukul 11:40 WIB, rupiah menguat 0,17% melawan dolar AS. Sementara di saat yang sama, dolar Singapura menguat tipis 0,08% melawan rupiah ke Rp 10.935,38/AU$.
Pemulihan ekonomi Indonesia yang berjalan lambat membuat rupiah loyo. Dana Moneter International (International Monetary Fund/IMF) pada pekan lalu merilis World Economic Outlook edisi April merilis proyeksi terbaru pertumbuhan ekonomi.
Dalam laporan tersebut, IMF memberikan proyeksi yang optimistis terhadap perekonomian global, tetapi tidak untuk kawasan ASEAN, termasuk Indonesia.
Dalam laporan tersebut, IMF merevisi pertumbuhan ekonomi global di tahun ini menjadi 6%, dibandingkan dengan proyeksi yang diberikan bulan Januari lalu yang sebesar 5,5%.
Amerika Serikat memimpin pemulihan ekonomi. Pada bulan Januari lalu IMF memproyeksikan produk domestik bruto (PDB) tumbuh 5,1%, tetapi kini direvisi menjadi 6,4%.
Pertumbuhan ekonomi Singapura juga direvisi naik menjadi 5,2% dibandingkan proyeksi sebelumnya 5%.
Indonesia sebaliknya, IMF kembali menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun ini menjadi 4,3%, dibandingkan proyeksi yang diberikan bulan Januari lalu sebesar 4,8%. Pada bulan Oktober tahun lalu, IMF bahkan memproyeksikan produk domestik bruto (PDB) Indonesia akan melesat 6,1%.
Wakil Direktur IMF untuk Departemen Asia dan Pasifik, Jonathan Ostry, mengatakan bahwa peningkatan kasus Covid dan lockdown yang kembali diberlakukan di beberapa wilayah membuat prospek pertumbuhan ekonomi beberapa negara Asia Tenggara menurun.
"Kami khawatir tentang prospek pariwisata, kapan sektor tersebut akan dibuka kembali," kata Ostry pada Rabu (14/4/2021), dikutip dari CNBC International.
Indonesia, Malaysia, dan Filipina, kata, dia, termasuk di antara mereka yang harus memperketat beberapa pembatasan tahun ini menyusul lonjakan kasus Covid. Vaksinasi berjalan lebih lambat dibandingkan dengan banyak negara di dunia.
Setelah IMF, Bank Indonesia (BI) juga menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,1-5,1% dari sebelumnya 4,3-5,3%. Penurunan tersebut menegaskan pemulihan ekonomi Indonesia memang berjalan lambat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kurs Dolar Singapura Pagi Jeblok Siang Naik, Ini Penyebabnya!
