
Naik Lagi, Dolar Australia Berjarak 1,3% dari Rekor Termahal

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia menguat lagi melawan rupiah pada perdagangan Kamis (22/4/2021) pagi. Mata uang Negeri Kanguru kini berjarak 1,3% dari rekor termahal sepanjang sejarah.
Melansir data Refinitiv, dolar Australia pagi ini menguat 0,15% ke Rp 11.277,21/AU$ di pasar spot. Sementara itu, rekor termahal dolar Australia Rp di Rp 11.422,4/AU$ yang dicapai pada 27 Juni 2014.
Selasa lalu, dolar Australia bahkan sempat berada di atas Rp 11.330/AU$, tentunya semakin dekat untuk memecahkan rekor termahal sepanjang sejarah.
Peluang dolar Australia bakal mencetak rekor termahal sepanjang sejarah terbuka lebar sebab perekonomian Australia sudah mulai pulih, sementara pemulihan ekonomi Indonesia masih terhambat.
Data ekonomi yang dirilis dari Australia belakangan ini menunjukkan pemulihan terus berlanjut bahkan lebih cepat dari perkiraan bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA).
Kemarin Biro Statistik Australia melaporkan penjualan ritel pada Februari naik 1,4% dari bulan sebelumnya (month-to-month/MoM). Kenaikan tersebut terjadi setelah mengalami penurunan dalam 2 bulan beruntun. Kenaikan tersebut juga lebih tinggi dari proyeksi Reuters sebesar 1%.
Reuters melaporkan membaiknya pasar tenaga kerja membuat tingkat kepercayaan konsumen meningkat dan mendorong belanja. Pekan lalu tingkat pengangguran Australia di bulan Maret dilaporkan turun menjadi 5,6% dari bulan Februari 5,8%. Tingkat pengangguran tersebut merupakan yang terendah sejak Maret 2020 lalu.
Sementara itu, proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini justru dipangkas, yang membuat rupiah akan tertinggal dari dolar Australia.
Dana Moneter International (International Monetary Fund/IMF) menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun ini menjadi 4,3%, dibandingkan proyeksi yang diberikan bulan Januari lalu sebesar 4,8%. Pada bulan Oktober tahun lalu, IMF bahkan memproyeksikan produk domestik bruto (PDB) Indonesia akan melesat 6,1%.
Sementara BI Selasa lalu mengumumkan mempertahankan suku bunga acuan 3,5%. Namun, BI menurunkan proyeksi produk domestik bruto (PDB) tahun ini menjadi 4,1-5,1% dari sebelumnya 4,3-5,3%.
"Pertumbuhan ekonomi diperkirakan 4,1-5,1%," ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers usai Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode April 2021, Selasa (20/4/2021).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tahun Lalu Jeblok 4%, Dolar Australia Turun Lagi di Awal 2022
