Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot pagi ini. Lag-lagi investor meyakini bahwa ekonomi bakal pulih dari dampak pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) sehingga berani bermain agresif dengan memburu aset-aset berisiko.
Pada Kamis (23/4/2021), US$ 1 setara dengan Rp 14.500 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat 0,17% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Hawa penguatan rupiah sudah terasa sebelum pasar spot dibuka. Pasalnya, rupiah sudah menunjukkan apresiasi di pasar NDF.
Berikut adalah perkembangan kurs dolar AS di pasar NDF, mengutip data Refinitiv:
Periode | Kurs21 April (15:07 WIB) | Kurs 22 April (07:36 WIB) |
1 Pekan | Rp14.534 | Rp 14.510 |
1 Bulan | Rp14.576 | Rp 14.544 |
2 Bulan | Rp14.634 | Rp 14.602 |
3 Bulan | Rp14.692 | Rp 14.660 |
6 Bulan | Rp14.863 | Rp 14.831 |
9 Bulan | Rp 15.029 | Rp 14.997 |
1 Tahun | Rp 15.199 | Rp 15.190 |
2 Tahun | Rp 15.922,9 | Rp 15.921,3 |
Kebetulan mood pelaku pasar sedang bagus. Dini hari tadi waktu Indonesia, bursa saham New York ditutup menguat di mana indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) dan S&P 500 masing-masing naik 0,93%, serta Nasdaq Composite melesat 1,19%.
Hijaunya Wall Street menandakan minat investor terhadap aset-aset berisiko (risk appetite) sedang tinggi. Ini ditopang oleh sejumlah data ekonomi AS yang ciamik.
Halaman Selanjutnya --> Data Ekonomi AS Moncer
Pada pekan yang berakhir 16 April 2021, pengajuan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di Negeri Paman Sam naik 8,6% dibandingkan pekan sebelumnya. Ini adalah kenaikan pertama dalam tujuh pekan terakhir.
"Kami memperkirakan permintaan akan tetap kuat. Lapangan kerja yang membaik mendorong peningkatan permintaan perumahan," kata Joel Kan, Associate Vice President di Mortgage Bankers Association of America, seperti dikutip dari siaran tertulis.
Masih dari sektor properti, pembangunan rumah baru (housing starts) pada Maret 2021 naik 19,4% dibandingkan bulan sebelumnya menjadi 1,74 juta unit. Ini adalah yang tertinggi sejak Juni 2006.
Kemudian indeks sentimen konsumen pun naik dari 84,9 bulan lalu menjadi 86,5 pada April 2021. Ini adalah angka tertinggi sejak Maret 2020.
"Pada awal April, konsumen merasa terjadi pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja seiring realisasi stimulus fiskal, suku bunga rendah, dan dampak vaksinasi anti-virus corona. Kekuatan pertumbuhan ekonomi semakin terasa jika dibandingkan dengan kondisi lockdown tahun lalu," sebut Richard Curtin, Kepala Ekonom Survei Konsumen Universitas Michigan, seperti dikutip dari keterangan tertulis.
Berbagai data tersebut membuat investor meyakini bahwa harapan akan ekonomi yang lebih baik masih ada. Akibatnya, muncul keberanian untuk bermain 'menyerang', tidak sekadar mencari aman.
Sikap investor yang sedang risk-off (abai terhadap risiko) ini menguntungkan rupiah. Sebab, arus modal yang mengalir ke pasar keuangan negara berkembang menjadi deras, termasuk ke Indonesia. Tentu ini akan menjadi bekal bagi rupiah untuk menapaki jalur hijau.
TIM RISET CNBC INDONESIA