Kurs Dolar Australia Tembus Rp 11.300/AU$ Lagi, Kok Bisa?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
20 April 2021 14:36
Australian dollars are seen in an illustration photo February 8, 2018. REUTERS/Daniel Munoz
Foto: dollar Australia (REUTERS/Daniel Munoz)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia menguat lagi melawan Rupiah pada perdagangan Selasa (20/4/2021) hingga menembus ke atas Rp 11.300/AU$. Level tersebut merupakan yang tertinggi sejak Juni 2014. Rilis notula rapat kebijakan moneter bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) menjadi pemicu kembali menguatnya Mata Uang Negeri Kanguru.

Pada pukul 13:08 WIB, AU$ 1 setara Rp 11.309, dolar Australia menguat 0,23% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Rilis notula RBA hari ini menunjukkan bank sentral tersebut mengakuti pasar tenaga kerja pulih lebih cepat dari perkiraan. Dengan pemulihan tersebut, begitu juga dengan perekonomian maka suku bunga negatif tidak akan diterapkan di Australia. Meski demikian, RBA menyatakan suku bunga tidak akan dinaikkan sampai tahun 2024.

Untuk diketahui, RBA mengadakan rapat kebijakan moneter di awal bulan ini, dan data tenaga kerja terbaru lebih bagus lagi.

Biro Statistik Australia pekan lalu melaporkan tingkat pengangguran di bulan Maret turun menjadi 5,6% dari bulan Februari 5,8%. Tingkat pengangguran tersebut merupakan yang terendah sejak Maret 2020 lalu.

Penurunan tingkat pengangguran tersebut bahkan terjadi saat partisipan di pasar tenaga kerja melonjak tajam. Tingkat partisipan dilaporkan sebesar 66,3%, menjadi yang tertinggi sejak tahun 1978.

Selain itu, sepanjang bulan Maret perekonomian Negeri Kanguru mampu menyerap 70.700 tenaga kerja, dua kali lipat dari prediksi pasar sebanyak 35.200 tenaga kerja.

Sementara itu rupiah kini menanti pengumuman kebijakan moneter Bank Indonesia (BI). Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI 7 Day Reverse Repo Rate bertahan di 3,5%.

Dari 11 institusi yang berpartisipasi dalam pembentukan konsensus, semuanya kompak melihat suku bunga tetak 3,5%.

"Setelah mempertahankan suku bunga bulan lalu, kami merasa bahwa BI cukup nyaman dalam menjaga selisih suku bunga di tengah pemulihan ekonomi Amerika Serikat (AS). Selain itu, bank sentral juga masih meyakini bahwa masih ada ruang bagi perbankan untuk menurunkan suku bunga dengan BI 7 Day Reverse Repo Rate di posisi yang sekarang. Oleh karena itu, posisi kami adalah BI akan terus mempertahankan suku bunga sepanjang 2021," papar riset Citi.

Kemudian, Citi juga menilai stabilitas nilai tukar rupiah akan menjadi pertimbangan BI. Sebagai catatan, rupiah melemah 1,11% di hadapan dolar AS dalam sebulan terakhir. Sejak akhir 2020 (year-to-date), depresiasi rupiah mencapai 3,7%.

Helmi Arman, Ekonom Citi, menilai risiko depresiasi rupiah masih ada. Pasalnya, pemulihan ekonomi Indonesia menyebabkan impor melonjak.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sedang Tak Berharga, Dolar Makin Banyak 'Dibuang'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular