Analisis

Grab-Emtek Beking Omni, Waspada buat Siloam-Hermina dkk nih!

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
20 April 2021 09:05
Dok: Grab
Foto: Dok: Grab

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten konglomerasi sektor teknologi, media dan kesehatan, yang dikuasai taipan Eddy K. Sariaatmadja, PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) atau Emtek kembali mendapat asupan tenaga baru alias investor strategis.

Langkah ini setelah salah satu raksasa penyedia jasa ride-hailing di Asia Tenggara, Grab Holdings Inc, masuk ke Emtek dengan membeli 4,6% saham perusahaan lewat H Holding Inc. Grab memanfaatkan skema Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD) alias private placement yang digelar Emtek akhir Maret lalu.

Dari total jumlah private placement Rp 9,2 triliun, setidaknya Grab menyuntikkan modal dengan membeli saham baru Emtek senilai Rp 4 triliun.

Masuknya Grab ke Emtek lewat H Holding Inc. sendiri bersamaan dengan suntikan dana dari Naver Corporation, perusahaan asal Korea Selatan, yang bisnis utamanya adalah mesin pencari (search engine) dan layanan aplikasi Line Messenger.

Dengan ini, Grab dan Emtek akan mengembangkan peluang bisnis baru di sektor digital dan media, termasuk di layanan kesehatan. Untuk yang disebut terakhir, seperti diketahui kedua perusahaan tersebut sudah mempunyai 'amunisi'-nya masing-masing.

Sejak akhir 2019, Grab bermitra dengan Good Doctor Technology Indonesia, perusahaan penyedia layanan kesehatan berbasis teknologi, meluncurkan layanan kesehatan digital dalam satu platform yang bernama GrabHealth powered by Good Doctor.

Titi Maria Rusli, Sekretaris Perusahaan Emtek, menjelaskan alasan masuknya Grab, salah satunya ikut serta dalam investasi yang dikembangkan Emtek, termasuk di layanan kesehatan.

Selama beberapa tahun terakhir, kata Titi, Emtek telah mengembangkan bisnis di bidang pelayanan kesehatan dan ekonomi digital. Baru-baru ini Emtek juga telah melaksanakan penambahan modal untuk memperkuat permodalan dalam mengembangkan bisnis terutama di bidang-bidang tersebut.

"Perseroan berencana untuk berinvestasi dalam pertumbuhan di bidang pelayanan kesehatan selama tiga tahun ke depan," katanya, dalam suratnya kepada Bursa Efek Indonesia (BEI).

Tentu saja, masuknya Grab ke layanan kesehatan untuk mengimbangi kekuatan sang pesaing, Gojek, yang juga bermitra dengan perusahaan penyedia layanan kesehatan lainnya, Halodoc.

Sementara, Emtek sendiri pada akhir tahun lalu mengumumkan telah mengakuisisi 71,88% saham emiten pengelola rumah sakit Omni Hospitals, PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk (SAME).

Akuisisi tersebut tentunya bakal memperkuat lini usaha induk stasiun SCTV ini di bidang jasa pelayanan kesehatan melalui anak perusahaan, pengelola rumah sakit PT Elang Medika Corpora (EMC).

Asal tahu saja, EMC, yang didirikan pada 2015, merupakan induk perusahaan dari UNPM (PT Unggul Pratama Medika), Rumah Sakit (RS) EMC Sentul dan RS EMC Tangerang, dengan kapasitas total lebih dari 400 tempat tidur.

Lalu, bagaimana dengan kinerja fundamental Omni, yang disokong konglomerasi Emtek dibandingkan dengan sejumlah emiten rumah sakit pesaingnya?

Dalam tulisan ini, Tim Riset CNBC Indonesia akan membahas secara ringkas lima emiten rumah sakit, termasuk pengelola RS Omni, SAME.

Empat emiten lainnya yakni, pengelola RS Hermina PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL), pengelola RS Siloam yang terafiliasi dengan Grup Lippo PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO).

Lalu, pengelola RS Mitra Keluarga PT Mitra Keluarga Karyasehat (MIKA) dan pengelola RS Mayapada milik taipan Dato Sri Tahir PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk (SRAJ).

Dari kelima emiten RS di atas, tiga emiten sudah melaporkan kinerja keuangan per akhir 2020. Tiga emiten tersebut ialah SAME, SILO dan MIKA.

Sementara, sisanya, HEAL dan SRAJ masih menggunakan laporan keuangan kuartal III.

Dari kelima emiten tersebut, tiga emiten yang membukukan laba bersih pada tahun lalu, yakni SILO, MIKA dan HEAL. Sementara, SAME dan SRAJ kembali membukukan rugi bersih.

NEXT: Analisis Kinerja

Mari kita mulai dari emiten yang masih merugi. Pendapatan SAME tahun lalu merosot 4,1% menjadi Rp 507,62 miliar. Apabila ditelisik, amblesnya pendapatan perusahaan terjadi di semua bagian, termasuk penunjang jasa medis, yang menyumbang porsi terbesar (50,27%), merosot 1,72% ke Rp255,20 miliar.

Seiring dengan itu, rugi bersih pengelola empat RS Omni ini menjadi lebih dalam, dari Rp 114,38 miliar pada 2019, menjadi Rp 449,46 miliar.

Emiten RS Mayapada, SRAJ, juga masih membukukan rugi bersih hingga triwulan III tahun lalu. Kendati meraih kenaikan pendapatan sebesar 5,47% menjadi Rp 811,75 miliar, emiten ini kembali rugi bersih sebesar Rp 54,39 miliar. Angka ini membesar ketimbang rugi bersih tahun 2019 yang sebesar Rp 2,41 miliar.

Sementara, sepanjang 2020, SILO berhasil membalik rugi bersih tahun sebelumnya menjadi laba bersih. Pada tahun lalu, pendapatan SILO naik 1,31% menjadi Rp 7,11 triliun.

Kenaikan ini membuat pengelola RS Siloam ini membukukan laba bersih Rp 116,16 miliar, berbanding terbalik dari rugi bersih tahun 2019 Rp 338,77 miliar.

Selain SILO, MIKA membukukan kenaikan laba bersih sepanjang tahun pandemi 2020. Pendapatan MIKA naik 6,69% menjadi Rp 3,42 triliun. Alhasil, laba bersih MIKA terkerek 15,27% menjadi Rp 841,67 miliar pada tahun lalu, dari Rp 730,14 miliar pada 2019.

Terakhir, emiten pengelola RS Hermina HEAL membukukan kinerja yang ciamik sepanjang 9 bulan pertama tahun lalu. Pendapatan HEAL naik 7,25% menjadi Rp 2,88 triliun per 30 September 2020.

Sejurus dengan itu, laba bersih perusahaan melejit 24,57% menjadi Rp 261,65 miliar, dibandingkan periode yang sama tahun 2019 Rp 210,05 miliar.

Dengan melihat kinerja keuangan keempat pesaing SAME di atas, yang mayoritas membukukan kinerja yang oke punya, Grup Emtek, dan barangkali Grab, punya pekerjaan rumah (PR) yang besar untuk memoles kinerja fundamental SAME menjadi kinclong sehingga semakin siap bersaing dengan lawan-lawannya.

Apalagi, emiten-emiten pengelola rumah sakit Tanah Air, juga ditopang oleh konglomerat-konglomerat kelas kakap. Sebut saja, SILO dengan Grup Lippo atau SRAJ dengan Grup Mayapada milik Tahir.

Sebagai informasi tambahan, di bawah ini Tim Riset CNBC Indonesia melampirkan kinerja saham emiten-emiten di atas dalam sebulan dan secara year to date (Ytd).

Bila menilik daftar di atas, kinerja saham SAME menjadi yang paling mentereng, baik dalam sebulan maupun Ytd (year to date). Dalam sebulan saham SAME melejit 13,73% dan secara Ytd terbang 81,51% ke posisi Rp 530/saham.

Di tempat kedua, saham HEAL memang ambles 2,13% dalam sebulan terakhir. Tetapi, sejak awal tahun saham ini melesat 30,03% ke Rp 4.590/saham.

Saham pengelola RS Siloam juga punya kinerja yang ciamik. Dalam sebulan SILO terdongkrak 34,54%, sementara secara Ytd melaju 18,64%.

Sisanya, MIKA dan SRAJ malah tertekan, baik dalam sebulan maupun Ytd. MIKA ambles 10,38% dalam sebulan belakangan, sedangkan secara Ytd tergerus 5,13%. Adapun SRAJ anjlok 19,75% dalam sebulan terakhir dan tersungkur 14,22% sejak awal tahun ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Piala Dunia U-20 Batal di RI, Saham EMTK Kok Malah Naik?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular