Dolar AS Jeblok Lagi, Rupiah Akhirnya Mampu Menguat

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
19 April 2021 16:13
dollar
Foto: REUTERS/Dado Ruvic/Illustration

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga perdagangan Senin (19/4/2021). Indeks dolar AS yang sedang tertekan membuat rupiah mampu menguat, meski terpangkas ketimbang pagi tadi.

Melansir data Refinitiv, begitu perdagangan dibuka, rupiah langsung melesat 0,41% ke Rp 14.500/US$. Sayangnya level tersebut menjadi yang terkuat bagi rupiah hari ini, dan rupiah sempat stagnan di Rp 14.560/US$.

Rupiah di penutupan perdagangan berakhir di Rp 14.545/US$, menguat 0,1% di pasar spot.

Dibandingkan mata uang utama Asia kinerja rupiah terbilang cukup bagus, sebab beberapa mengalami pelemahan.

Hingga pukul 15:13 WIB, yen Jepang menjadi yang terkuat dengan penguatan 0,63%, sementara rupee India menjadi yang terburuk dengan pelemahan 0,41%.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia.

Penguatan tajam rupiah di awal perdagangan terjadi setelah indeks dolar AS yang merosot dalam 2 pekan terakhir.

Sepanjang pekan lalu indeks yang mengukur kekuatan dolar AS tersebut turun 0,66% ke 91,556 yang merupakan level terendah dalam 1 bulan terakhir. Di pekan sebelumnya indeks dolar AS juga anjlok 0,92%. Artinya dalam 2 pekan mengalami penurunan lebih dari 1,5%.

Indeks dolar AS tertekan setelah ketua bank sentral AS (The Fed) Jerome Powell, pada Rabu lalu yang menyebutkan perekonomian AS memang sudah membaik, dan inflasi juga akan terus naik. Tetapi hal tersebut masih belum cukup bagi The Fed untuk menaikkan merubah kebijakan moneternya, yang masih akan dipertahankan hingga krisis berakhir.

Melihat rupiah yang tidak pernah menguat dalam 9 pekan terakhir, dan indeks dolar AS yang turun selama 2 pekan, maka wajar terjadi penguatan tajam di awal perdagangan hari ini.

Indeks dolar AS sempat menguat di awal perdagangan tadi, tetapi kemudian jeblok hingga 0,4% sore ini yang membuat rupiah mampu mempertahankan penguatan. Jika indeks dolar AS terus merosot, pekan ini bisa jadi milik rupiah. Sebelumnya, rupiah sudah tidak pernah melemah dalam 9 pekan beruntun, menjadi catatan terburuk sejak September 2015 ketika rupiah melemah 11 pekan beruntun. 

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Pasar Nantikan Pengumuman Suku Bunga BI

Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Selasa besok, yang bisa mempengaruhi pergerakan rupiah. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI 7 Day Reverse Repo Rate bertahan di 3,5%.

Dari 11 institusi yang berpartisipasi dalam pembentukan konsensus, semuanya kompak melihat suku bunga tetak 3,5%.

"Setelah mempertahankan suku bunga bulan lalu, kami merasa bahwa BI cukup nyaman dalam menjaga selisih suku bunga di tengah pemulihan ekonomi Amerika Serikat (AS).

Selain itu, bank sentral juga masih meyakini bahwa masih ada ruang bagi perbankan untuk menurunkan suku bunga dengan BI 7 Day Reverse Repo Rate di posisi yang sekarang. Oleh karena itu, posisi kami adalah BI akan terus mempertahankan suku bunga sepanjang 2021," papar riset Citi.

Kemudian, Citi juga menilai stabilitas nilai tukar rupiah akan menjadi pertimbangan BI. Sebagai catatan, rupiah melemah 1,11% di hadapan dolar AS dalam sebulan terakhir. Sejak akhir 2020 (year-to-date), depresiasi rupiah mencapai 3,7%.

Helmi Arman, Ekonom Citi, menilai risiko depresiasi rupiah masih ada. Pasalnya, pemulihan ekonomi Indonesia menyebabkan impor melonjak.

"Dalam jangka waktu 6-12 bulan, kami memperkirakan rupiah akan mengalami rebound karena kembalinya arus modal asing. Namun seiring dengan pemulihan ekonomi yang ditandai dengan peningkatan impor, seberapa besar rupiah akan rebound menjadi sangat tidak pasti," tulis Helmi dalam risetnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular