Analisis Teknikal

Sempat Liar, IHSG Ogah ke Mana-mana di Sesi II

Putra, CNBC Indonesia
15 April 2021 13:14
Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Berayun bagaikan gelombang, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di zona merah pada perdagangan sesi pertama Kamis (15/4/2021), mengiringi rilis neraca perdagangan Indonesia.

IHSG dibuka naik 0,12% ke level 6.057,61 dan setengah jam kemudian mencicipi zona merah meski hanya beberapa menit. Pada pukul 09:30 WIB, indeks acuan bursa nasional ini kembali ambles ke teritori negatif, dan kembali bangkit setengah jam kemudian.

Namun jelang pengumuman neraca dagang Maret, investor merealisasikan keuntungan, hingga IHSG terus melemah dan mengakhiri sesi I dengan koreksi 0,21% (12,55 poin) menjadi 6.037,729. Data perdagangan mencatat, sebanyak 204 saham menguat, 255 tertekan dan 167 lainnya flat.

Transaksi bursa kembali surut dengan 9 miliaran saham diperdagangkan, sebanyak 655.000-an kali. Nilai transaksi bursa masih terbatas, yakni sebesar Rp 5,6 triliun, atau jauh dari nilai transaksi di periode awal Januari yang bisa menyentuh Rp 12 triliun (pada sesi 1 saja).

Pelaku pasar pada pagi dibayangi kekhawatiran prospek ekonomi nasional setelah Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) kembali memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,3% pada 2021, dari proyeksi sebelumnya 4,8%.

Namun, kekhawatiran itu ditinggalkan karena revisi proyeksi pertumbuhan tidak hanya menimpa Indonesia, melainkan juga negara utama Asia Tenggara lainnya yakni Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam, yang disebut ASEAN-5. IMF memperkirakan lima negara berkembang terbesar di Kawasan itu akan tumbuh 4,9%, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya 5,2%.

Setelah sempat menguat, aksi ambil untung terjadi jelang rilis data neraca perdagangan pada pukul 11:00 WIB. Kepala BPS Suhariyanto melaporkan nilai impor pada Maret 2021 adalah US$ 16,79 miliar, tumbuh 25,73% secara tahunan (year-on-year/yoy).

Namun, kenaikan itu belum cukup untuk mengimbangi ekspor yang tumbuh 30,5% (secara tahunan) menjadi US$ 18,35 miliar. Dengan demikian, neraca perdagangan periode Maret 2021 mencatatkan surplus US$ 1,56 miliar, mengindikasikan pertumbuhan permintaan barang modal dan bahan baku penolong belum terlalu tinggi.

Analisis Teknikal

Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode per jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini, IHSG berada di area batas atas dengan BB yang kembali melebar maka pergerakan IHSG selanjutnya cenderung sideways.

Untuk mengubah bias menjadi bullish atau penguatan, perlu melewati level resistance yang berada di area 6.050. Sementara untuk melanjutkan tren bearish atau penurunan perlu melewati level support yang berada di area 6.000.

jkseFoto: Refinitiv

Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.

Saat ini RSI berada di area 58 yang belum menunjukkan adanya indikator jenuh beli ataupun jenuh jual sehingga pergerakan indeks cenderung netral alias sideways.

Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan indikator BB di batas atas dan kembali melebar, maka pergerakan selanjutnya cenderung terbatas. Hal ini juga terkonfirmasi dengan indikator RSI yang netral.

Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular