
Saham Multipolar Dapat 'Warning' Bursa, Grup Lippo Buka Suara

Jakarta, CNBC Indonesia - Manajemen emiten Grup Lippo, induk PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) yakni PT Multipolar Tbk (MLPL) memberikan penjelasan terkait dengan masuknya saham MLPL dalam pengawasan khusus Bursa Efek Indonesia (BEI) lantaran pergerakan harga sahamnya di luar kebiasaan alias Unusual Market Activity (UMA).
Dalam penjelasan kepada otoritas bursa tersebut, Direktur MLPL Agus Arismunandar menyampaikan, informasi material terbaru yang telah diumumkan ke publik ialah terkait penjualan 11,9% saham perseroan di MPPA pada 6 April lalu. Adapun MPPA tidak lain adalah anak usaha MLPL, pengelola gerai Hypermart.
"Tidak ada informasi material lain yang belum disampaikan oleh perseroan ke publik," terang Agus, dikutip dari keterbukaan informasi di BEI, Rabu (14/4).
Agus menambahkan, informasi yang menyangkut perseroan terkait penjualan saham MPPA, yang diwartakan media massa, telah merujuk pada keterbukaan informasi yang disampaikan MLPL ke pihak bursa.
Sebelumnya pada Rabu (7/4), MLPL telah menjual 11,9% atau 896.327.200 saham kepemilikan perusahaan di MPPA. Transaksi itu sendiri terjadi pada 6 April 2021 dengan harga penjualan Rp 404/saham.
Alasan pengurangan kepemilikan tersebut adalah untuk diinvestasikan kembali ke MPPA untuk memperkuat neraca perusahaan dan menyediakan modal kerja perusahaan ke depan.
"[Tujuan dari transaksi untuk] memperluas investor skala besar dalam MPPA dan untuk investasi kembali," jelas Agus Arismunandar dalam keterangan tertulisnya.
Dengan demikian, porsi kepemilikan MLPL berkurang sebelumnya 50,23% atau 3.781.947.551 lembar saham menjadi 38,33% atau 2.885.620.351 lembar saham.
Pekan ini, Senin (12/4), BEI mengumumkan, telah terjadi peningkatan harga saham MLPL yang di luar kebiasaan alias UMA.
"Pengumuman UMA tidak serta merta menunjukkan adanya pelanggaran terhadap peraturan perundangundangan di bidang Pasar Modal," jelas Kepala Divisi Pengawasan Transaksi Lidia M Panjaitan dan Kepala Divisi Pengaturan & Operasional Perdagangan BEI Irvan Susandy, dalam keterangannya.
Sehubungan dengan terjadinya UMA atas saham MLPL tersebut, pihak BEI saat ini sedang mencermati perkembangan pola transaksi saham ini.
Oleh karena itu, Bursa menyarankan, para investor diharapkan untuk memperhatikan jawaban manajemen MLPL atas permintaan konfirmasi Bursa dan mencermati kinerja MLPL dan keterbukaan informasinya.
BEI menegaskan investor juga sebaiknya mengkaji kembali rencana corporate action perseroan apabila rencana tersebut belum mendapatkan persetujuan RUPS.
Selain itu, perlu juga mempertimbangkan berbagai kemungkinan yang dapat timbul di kemudian hari sebelum melakukan pengambilan keputusan investasi.
Kenaikan saham MLPL memang cukup signifikan akhir-akhir ini. Dalam 10 hari terakhir, saham ini hanya memerah dua kali. Pada penutupan perdagangan Jumat pekan lalu (9/4), saham ini melejit 10,97% ke 172/saham dengan catatan nilai transaksi yang melonjak sampai Rp 129,95 miliar.
Sebelumnya pada 5 April, MPPL melesat 15,18% ke Rp 129/saham dengan nilai transaksi Rp 58,97 miliar.
Alhasil dalam sepekan, saham ini naik 4,97%, sementara dalam sebulan sudah melejit 57,94%.
Pada perdagangan hari ini, pukul 14.42 WIB, saham emiten yang melantai di bursa sejak 1989 ini naik tipis 0,60% ke Rp 169/saham dengan nilai transaksi Rp 66,40 miliar. Pada penutupan pukul 15.00 WIB, saham MLPL minus 1,79% di posisi Rp 165/saham.
Sebagai informasi, MLPL adalah induk perusahaan yang didirikan pada 1975 dari sejumlah anak usaha Grup Lippo yang memiliki fokus bisnis yang beragam.
Menurut situs perusahaan, saat ini MLPL telah berevolusi menjadi sebuah perusahaan investasi strategis dengan cakupan bisnis meliputi segmen Ritel, Telekomunikasi, Multimedia, dan Teknologi (TMT), serta Bisnis Lain dan Investasi.
Lini bisnis utama Perseroan di segmen ritel MLPL adalah MPPA dan PT Matahari Department Store Tbk (LPPF).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Lippo Jual Saham Multifiling Rp 469 M ke Investor Hong Kong
