
Markas KFC Dikepung Karyawan, Bagaimana Pizza Hut, CFC Dkk?

Jakarta, CNBC Indonesia - Pada Senin lalu (12/4/2021), kalangan buruh yang tergabung dalam Solidaritas Perjuangan Buruh Indonesia (SPBI) SBT PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) menggelar aksi demonstrasi di depan gerai KFC Gelael, MT Haryono, Jakarta, yang juga sebagai lokasi kantor pusat.
Para pekerja mendesak pemegang hak waralaba tunggal merek KFC Indonesia ini untuk mengeluarkan kebijakan pembayaran upah sebagaimana mestinya dan mengembalikan upah yang selama ini ditahan oleh perusahaan.
Memang, seperti sektor lainnya, kinerja keuangan FAST sangat tertekan sepanjang pandemi Covid-19 yang dimulai sejak Maret tahun lalu. Ini bisa dilihat dari laporan keuangan perusahaan pada kuartal III tahun lalu. Informasi saja, FAST belum merilis laporan keuangan full year 2020.
Sepanjang 9 bulan pertama 2020, FAST membukukan rugi periode berjalan sebesar Rp 298,34 miliar, berbanding terbalik dari September 2019 yang mencatat laba bersih sebesar Rp 175,70 miliar.
Kerugian tersebut dialami seiring dengan pendapatan FAST yang anjlok 28,47% secara tahunan menjadi hanya Rp 3,59 triliun dari September 2019, yakni sebesar Rp 5,01 triliun.
Seiring dengan memburuknya kinerja keuangan, jumlah karyawan tetap FAST juga tercatat berkurang.
Per September tahun lalu, jumlah karyawan tetap sudah berkurang hingga 893 orang menjadi 16.075 orang, dibandingkan dengan 31 Desember 2019 yang masih sebanyak 16.968 orang.
Sementara itu, pada periode 30 September 2020, perusahaan telah mengoperasikan 738 gerai restoran. Jumlah ini terpangkas 10 gerai dari 31 Desember 2019 sebanyak 748 gerai restoran.
Lantas, bagaimana dengan kinerja keuangan emiten restoran lainnya?
Di bawah ini, Tim Riset CNBC Indonesia akan membahas secara singkat kinerja empat emiten restoran dan makanan cepat saji dengan menggunakan laporan keuangan terakhir perusahaan, yakni per September 2020.
Ini mengingat, sama seperti FAST, keempat emiten tersebut belum mempublikasikan laporan keuangan per Desember tahun lalu.
Adapun keempat emiten yang dimaksud ialah PT MAP Boga Adiperkasa Tbk (MAPB), Pioneerindo Gourmet International Tbk (PTSP), Sarimelati Kencana Tbk (PZZA) dan Jaya Bersama Indo (DUCK).
MAPB
Berdasarkan laporan keuangan per September 2020, operator waralaba brand Starbucks dan Pizza Marzano, MAP Boga Adiperkasa, membukukan penurunan kinerja. Penjualan dan pendapatan MAPB anjlok 34,47% dari Rp 2,22 triliun pada periode September 2019, menjadi Rp 1,46 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Ini membuat laba bersih perusahaan pada 9 bulan pertama 2019 yang sebesar Rp 105,09 miliar berbalik menjadi rugi bersih Rp 148,39 miliar pada kuartal III 2020.
Penjualan segmen minuman, yang menjadi andalan perusahaan, merosot 35,31% dari Rp 1,46 triliun pada triwulan III 2019, menjadi Rp 944,58 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Segmen makanan dan lain-lain juga merosot secara berturut-turut 37,60% dan 14,07% secara tahunan (year on year, YoY).
Adapun jumlah karyawan perusahaan dan entitas anak tercatat berkurang menjadi 5.907 karyawan pada 30 September 2020. Sebelumnya, berdasarkan laporan keuangan per 31 Desember 2019, jumlah karyawan MAPB sebanyak 6.495 karyawan.
PTSP
Emiten pemegang waralaba California Fried Chicken (CFC), PTSP, juga membukukan kinerja yang buruk per kuartal III tahun lalu.
Sepanjang 9 bulan pertama 2020, PTSP membukukan rugi bersih Rp 60,71 miliar. Padahal, pada periode yang sama tahun sebelumnya, perusahaan masih mencetak laba bersih sebesar Rp 17,87 miliar.
Kerugian yang dialami PTSP terjadi beriringan dengan anjloknya pendapatan perusahaan yang hampir 50%. Penjualan dan pendapatan emiten yang melantai di bursa sejak 1994 lalu ini merosot 47,89% Rp 275,50 miliar pada kuartal III 2020, dari Rp 528,70 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Pendapatan dari penjualan produk CFC, yang mencakup 94,30% dari total pendapatan PTSP per September 2020, ambrol 47,09% menjadi Rp 259,80 miliar.
Memburuknya kinerja keuangan PTSP sepanjang triwulan III tahun lalu, diiringi pengurangan jumlah gerai perusahaan. Per 30 September 2020, gerai PTSP berjumlah 328 gerai, berkurang dari 332 gerai per 31 Desember 2019.
PZZA
Emiten Ketiga, Sarimelati Kencana, pengelola restoran waralaba Pizza Hut Indonesia, mencatatkan juga rugi bersih Rp 8,63 miliar pada 9 bulan pertama tahun ini atau per September, dari periode yang sama tahun lalu yang masih mencatatkan laba bersih Rp 149,24 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan publikasi kuartal III-2020, rugi bersih ini dialami seiring dengan tekanan penurunan penjualan dan naiknya beban keuangan perusahaan.
Data lapkeu mencatat, penjualan PZZA per September turun 9,31% menjadi Rp 2,67 triliun, dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 2,94 triliun.
Karyawan tetap PZZA tercatat mengalami penurunan per September tahun lalu, yakni menjadi 6.359 orang. Sebelumnya, pada 31 Desember 2019 perusahaan memiliki 6.560 karyawan tetap.
Tetapi, Gerai Pizza Hut di Jakarta dan kota lain di Tanah Air pun bertambah per kuartal III 2020. Sampai dengan tanggal 30 September 2020 perusahaan mengoperasikan 519 gerai, dari sebelumnya 516 gerai pada akhir tahun 2019
DUCK
Kendati tidak membukukan rugi bersih seperti keempat emiten di atas, kinerja keuangan pengelola restoran chinese food The Duck King, Jaya Bersama Indo (DUCK), juga kurang menggembirakan sepanjang triwulan III tahun lalu.
Laba bersih perusahaan per September 2020 'terjun bebas' sebesar 83,53% menjadi Rp 20,58 miliar, dari periode yang sama tahun sebelumya senilai Rp 125,02 miliar.
Sejalan dengan merosotnya laba bersih, penjualan DUCK juga turun tajam 68,98%, dari Rp 579,71 miliar pada kuartal III 2019, menjadi Rp 179,78 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Informasi saja, entitas induk perusahaan adalah PT Asia Kuliner Sejahtera, sedangkan entitas induk terakhir dalam grup adalah Asia Culinary Inc. Pte. Ltd. (ACI) yang didirikan dan berdomisili di Singapura.
Kinerja keempat emiten restoran yang mayoritas membukukan rugi bersih di atas, mengindikasikan emiten industri makanan dan minuman di Tanah Air benar-benar terpukul sepanjang pagebluk Covid-19.