
IHSG Merah, Rupiah Lemah, Halo Indonesia Salah Apa Sih?

Ada apa dengan Indonesia? Mengapa investor di pasar keuangan cenderung menjauh?
Well, sepertinya pelaku pasar hanya menterjemahkan apa yang dilihat sejumlah lembaga. Dana Moneter Internasional (IMF) menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk 2021 dari 4,8% menjadi 4,3%.
Konsumsi rumah tangga, yang menyumbang lebih dari 50% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), masih lemah. Ini tercermin dari laju inflasi yang selow.
Berdasarkan Survei Pemantauan Harga (SPH) pekan II, Bank Indonesia (BI) memperkirakan inflasi April 2021 sebesar 0,08% secara bulanan (month-to-month/mtm) dan 1,37% secara tahunan (year-on-year/yoy). Jika ini terwujud, maka artinya tidak berubah dibandingkan bulan sebelumnya.
"Inflasi ini kita perhatikan karena menyangkut aspek daya beli masyarakat," kata Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan, belum lama ini.
Satu data lagi yang memberi konfirmasi bahwa daya beli masih belum pulih dari hantaman pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) adalah penjualan ritel. BI melaporkan penjualan ritel yang dicerminkan oleh Indeks Penjualan Riil (IPR) pada Februari 2020 sebesar 117,1. Turun 2,7% mtm dan anjlok 18,1% yoy.
Secara bulanan, pencapaian Februari 2021 lebih baik ketimbang bulan sebelumnya yang terkontraksi 4,3% mtm. Namun secara tahunan, kontraksinya lebih dalam karena Januari 2021 pertumbuhannya adalah -16,4% yoy.
Pada Maret 2021, BI memperkirakan penjualan ritel sudah tumbuh positif 2,9% mtm. Jika terwujud, maka akan menjadi pertumbuhan positif pertama sejak Desember 2020.
Namun secara yoy, penjualan ritel masih terkontraksi. Pada Maret 2021, penjualan ritel diperkirakan tumbuh -17,1% yoy.
Halaman Selanjutnya --> Ekonomi Lesu, Pajak Loyo, Bisakah Pemerintah Bayar Utang?
(aji/aji)