Heroik! Sempat Tumbang 1%, IHSG Sukses Pangkas Koreksi

Putra, CNBC Indonesia
13 April 2021 15:25
Laju bursa saham domestik langsung tertekan dalam pada perdagangan hari ini, Kamis (10/9/2020) usai Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengumumkan akan memberlakukan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) mulai Senin pekan depan.

Sontak, investor di pasar saham bereaksi negatif. Indeks Harga Saham Gabungan anjlok lebih dari 4% ke level 4.920,61 poin. Investor asing mencatatkan aksi jual bersih Rp 430,47 miliar sampai dengan pukul 10.18 WIB.  (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia -Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sukses memangkas koreksinya meski harus tetap ditutup di zona merah pada perdagangan Selasa (13/4/2021), di tengah kekhawatiran bahwa inflasi Amerika Serikat (AS) bakal meninggi.

IHSG ditutup dengan koreksi 0,36% ke level 5.927,43 setelah sempat terkoreksi di atas 1%.

Nilai transaksi bursa tercatat sebesar Rp 9,3 triliun. Data perdagangan mencatat sebanyak 175 saham menguat, 313 tertekan dan 153 lainnya flat. Investor asing masih mencetak penjualan bersih (net sell) di pasar reguler, senilai Rp 477 miliar.

Aksi jual ini dilancarkan asing di saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar Rp 259 miliar dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar Rp 88 miliar.

Sedangkan pembelian dilakukan di saham PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) dengan pembelian bersih Rp 42 miliar dan PT Waskita Karya Tbk yang diborong Rp 17 miliar.

Pasar nasional terimbas sentimen negatif dari bursa Amerika Serikat (AS) atau Wall Street yang tengah memantau ketat rilis data inflasi hari ini, yang diperkirakan kembali ke level sebelum pandemi melanda, dan kian meninggi beberapa bulan ke depan.

Jika inflasi terus menanjak maka ekspektasi kenaikan suku bunga akan semakin menguat, dan memukul Surat Berharga Negara (SBN), rupiah, dan pada akhirnya kinerja keuangan emiten di bursa saham.

Meski The Fed berulang kali menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga hingga tahun 2023, tetapi pasar tidak percaya begitu saja. Jika suku bunga acuan naik, maka daya beli masyarakat akan menurun, begitu juga dengan beban pendanaan korporasi, yang pada akhirnya memukul ekonomi.

Dari Asia, China melaporkan kinerja ekspor yang di bawah ekspektasi dengan naik 30,6% secara tahunan (year on year/YoY) pada Maret. Analis memperkirakan ekspor Negeri Panda bakal melonjak setidaknya 35,5% yang mengindikasikan ekonomi global kembali pulih.

Namun kinerja ekspor yang di bawah ekspektasi tersebut memicu kekhawatiran bahwa permintaan dunia belum sepenuhnya, terlebih di tengah kepungan kabar negatif kenaikan kasus Covid-19 di Eropa (gelombang ketiga) dan di India.

Kabar negatif lainnya masih terkait vaksin besutan China yang menurut temuan peneliti Brazil hanya memiliki efektivitas di kisaran 50%,sehingga pejabat China mengakui bahwa vaksin tersebut tak sepenuhnya memberikan perlindungan dan perlu dikembangkan lebih lanjut

Hal ini membuat ekspektasi bahwa ekonomi Indonesia bakal segera pulih usai vaksinasi dijalankan, menjadi kabur karena tak ada jaminan vaksinasi yang 60% di antaranya menggunakan vaksin China bakal membuat ekonomi Indonesia bisa kembali normal tahun ini.


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular