
Restoran Boleh Buka Sampai 22.30, Saham Restoran Malah Ambles

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas saham emiten restoran dan makanan cepat saji terkoreksi pada sesi II perdagangan hari ini, Selasa (13/4/2021).
Sentimen positif dari Pemprov DKI Jakarta soal bertambahnya jam operasi restoran selama Ramadan tampaknya tidak begitu mempengaruhi gerak saham-saham tersebut.
Berikut gerak saham-saham restoran, mengacu pada data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 13.41 WIB:
Berdasarkan tabel di atas, saham emiten Grup MAP, MAPB, menjadi satu-satunya saham yang menguat hari ini, dengan kenaikan 3,17% ke Rp 1.465/saham.
Sementara dalam sepekan, saham emiten operator waralaba brand Starbucks dan Pizza Marzano ini juga menjadi satu-satunya yang naik, yakni 9,33%.
Nilai transaksi saham-saham emiten restoran tergolong sepi. Dari kelima saham di atas, hanya emiten pengelola restoran chinese food Duck King Restaurant, DUCK, yang memiliki rerata nilai transaksi di kisaran miliaran rupiah. Keempat sisanya, hanya membukukan nilai transaksi di rentang jutaan rupiah.
Adapun saham emiten pemegang waralaba California Fried Chicken (CFC), PTSP, tidak bergerak siang ini.
Saham ini tergolong saham 'tidur' karena jarang sekali aktif di bursa. Dalam 12 hari terakhir, saham ini tidak beranjak dari posisi Rp 5.125/saham. Alhasil, dalam sepekan saham ini masih bergeming 0,00%.
Khusus untuk DUCK, dengan pelemahan hari ini, saham DUCK sudah tersungkur selama tiga hari beruntun, atau sejak Jumat pekan lalu (9/4). Rentetan koreksi tersebut terjadi setelah reli penguatan pada 1-7 April lalu.
Praktis, dalam seminggu, saham pengelola restoran Panda Bowl ini ambles 3,25%.
Sebelumnya, Pemprov DKI Jakarta kembali mengatur jadwal operasi restoran selama masa Ramadan di tengah pandemi Covid-19.
Restoran diberikan ruang lebih lama untuk operasi dibandingkan sebelumnya yang hanya dibatasi sampai pukul 21.00.
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) DKI Jakarta melakukan perubahan atas pembatasan kegiatan masyarakat berbasis mikro di sektor usaha. Selama Ramadan, operasional restoran dan rumah makan diizinkan buka sampai pukul 22.30 WIB untuk dine-in.
"Dine-in sampai dengan pukul 22.30 WIB dan dapat beroperasi pada 02.00-04.30 WIB untuk melayani kebutuhan sahur," demikian surat resmi Disparekraf, seperti dikutip dari detikcom, Senin (12/4/2021)
Ia mengimbau agar usaha kuliner yang beroperasi untuk memakai tirai agar tidak terlihat secara utuh selama bulan puasa. Pemprov juga melarang pertunjukan musik.
"Tidak diperbolehkan menampilkan pertunjukan musik hidup dan disk jockey (DJ)," ujar Gumilar.
Sementara itu, bar dan rumah minum ditutup. Lalu kegiatan buka bersama diizinkan dengan mematuhi protokol kesehatan dengan kapasitas 50%.
Surat keputusan ini juga ditandatangani oleh Plt Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif DKI, Gumilar Ekalaya.
Aturan baru ini juga tertuang dalam Keputusan Gubernur Anies Baswedan Nomor 434 Tahun 2021. Anies memutuskan layanan take away atau delivery service sesuai dengan jam operasional (24 jam).
Lokasi yang diizinkan dalam aturan baru ini antara lain warung makan, rumah makan, kafe, restoran, pedagang kaki lima, atau lapak jajanan pada lokasi binaan dan lokasi sementara.
"Makan/minum di tempat paling banyak 50%," demikian isi Kepgub Anies.
Surat Keputusan Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif DKI, dijelaskan lebih rinci terkait pembatasan kegiatan usaha. Meski restoran jam bukanya diperpanjang, namun kegiatan live musik tetap dilarang.
"Tidak diperbolehkan menampilkan pertunjukan musik hidup dan disk jockey (DJ)," ujar Gumilar Ekalaya.
NEXT: Penjualan Ritel, Simak Datanya
Tidak bertenaganya saham-saham restoran dan makanan cepat saji, beriringan dengan belum membaiknya penjualan ritel tanah air.
Berdasarkan informasi di website resmi pada Senin (12/4), Bank Indonesia (BI) melaporkan penjualan ritel yang dicerminkan oleh Indeks Penjualan Riil (IPR) pada Februari 2020 sebesar 117,1. Turun 2,7% secara bulanan (month-to-month/mtm) dan anjlok 18,1% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Secara bulanan, pencapaian Februari 2021 lebih baik ketimbang bulan sebelumnya yang terkontraksi 4,3% mtm. Namun secara tahunan, kontraksinya lebih dalam karena Januari 2021 pertumbuhannya adalah -16,4% yoy.
Adapun kontraksi sektor Makanan, Minuman & tembakau turun, dari -3,6% pada Januari 2021, menjadi -2,4% pada Februari 2021.
Secara yoy, pada Maret 2021 penjualan ritel diprediksi masih terkontraksi sebesar -17,1% yoy.
Namun, pada Maret 2021, BI memperkirakan penjualan ritel sudah tumbuh positif 2,9% mtm. Untuk sektor makanan, minuman & tembakau diprediksi tumbuh 3,2% mtm.
Jika terwujud, maka akan menjadi pertumbuhan positif pertama sejak Desember 2020.
Tentu, ini akan menjadi katalis positif untuk emiten sektor barang konsumsi, termasuk emiten-emiten restoran dan makanan cepat saji.
TIM CNBC INDONESIA
(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Restoran Mulai Rame Lagi, Eh...Saham-Sahamnya Malah 'Mager'