Mengkhawatirkan! Transaksi di Bursa RI Seret, Lari ke Kripto

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
13 April 2021 09:05
Infografis/ usai Tesla Fintech Milik Bos Twitter ikutan Borong Bitcoin/Aristya Rahadian
Foto: Masih Dihantui Virus Corona, IHSG Merah. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

IHSG melanjutkan koreksi yang terjadi berberapa pekan terakhir. Tercatat dalam lima pekan terakhir, IHSG hanya mampu menguat satu pekan. Bahkan IHSG sudah terkoreksi parah dari level 6.350 hingga saat ini ambruk ke bawah 5.950 atau koreksi sebesar 400 indeks poin.

Menariknya selain IHSG yang terus terkoreksi, nilai transaksi di bursa lokal juga terus menyusut hingga ke rata-rata Rp 8-9 triliun per hari. Simak rata-rata transaksi di pasar modal sejak November 2020 hingga awal April 2021.

Transaksi di bursa lokal menanjak sejak November 2020 hingga mencapai titik puncaknya di bulan Januari 2021 dimana saat itu transaksi di bursa bisa mencapai Rp 20,5 triliun per hari.

Pada periode tersebut memang IHSG sedang gencar-gencarnya naik sehingga investor ritel sangat aktif bertransaksi di bursa. Tercatat pada bulan 10,11, dan 12 IHSG mencatatkan apresiasi masing-masing 5,30%, 9,44%, dan 6,53% yang berhasil melesatkan IHSG dari level 5.238 ke angka 5.979.

Kenaikan berlanjut hingga pertengahan bulan Januari dimana IHSG sempat melesat 8,80% ke level 6.500 sebelum akhirnya IHSG ambruk dimana selain saham-saham bluechip yang terkoreksi parah ada pula saham-saham farmasi yang tumbang menyentuh level ARB selama berhari-hari.

Tumbangnya saham-saham farmasi tersebut menyebabkan banyak korban investor ritel terutama investor ritel angkatan corona yang terpaksa merugi parah karena melakukan pembelian saham farmasi di harga atas dan tentu banyak investor yang 'kapok' sehingga melarikan dananya dari pasar modal.

Sejak saat itu nilai transaksi IHSG tak lagi sama, secara perlahan nilai transaksi saham menyusut di bulan Februari 2021 dan Maret 2021 dengan nilai transaksi masing-masing Rp 15,5 triliun dan Rp 11,9 triliun hingga ke level saat ini dimana per awal April 2021 transaksi di pasar modal tidak lebih dari Rp 10 triliun per hari tepatnya di angka Rp 9,5 triliun.

Tentunya yang menjadi pertanyaan, kemana larinya dana para investor ritel tersebut? Well, salah satu kemungkinanya adalah para ritel 'coronials' melarikan uang mereka ke aset cryptocurrency.

Hal ini wajar mengingat di saat IHSG ambruk pada bulan terakhir kuartal pertama tahun 2021, mata uang kripto malah terapresiasi kencang. Simak kinerja mata uang kripto terbesar yakni Bitcoin dan kedua terbesar yakni Ethereum.

Pada periode tersebut memang IHSG sedang gencar-gencarnya naik sehingga investor ritel sangat aktif bertransaksi di bursa. Tercatat pada bulan 10,11, dan 12 IHSG mencatatkan apresiasi masing-masing 5,30%, 9,44%, dan 6,53% yang berhasil melesatkan IHSG dari level 5.238 ke angka 5.979.

Kenaikan berlanjut hingga pertengahan bulan Januari dimana IHSG sempat melesat 8,80% ke level 6.500 sebelum akhirnya IHSG ambruk dimana selain saham-saham bluechip yang terkoreksi parah ada pula saham-saham farmasi yang tumbang menyentuh level ARB selama berhari-hari.

Tumbangnya saham-saham farmasi tersebut menyebabkan banyak korban investor ritel terutama investor ritel angkatan corona yang terpaksa merugi parah karena melakukan pembelian saham farmasi di harga atas dan tentu banyak investor yang 'kapok' sehingga melarikan dananya dari pasar modal.

Sejak saat itu nilai transaksi IHSG tak lagi sama, secara perlahan nilai transaksi saham menyusut di bulan Februari 2021 dan Maret 2021 dengan nilai transaksi masing-masing Rp 15,5 triliun dan Rp 11,9 triliun hingga ke level saat ini dimana per awal April 2021 transaksi di pasar modal tidak lebih dari Rp 10 triliun per hari tepatnya di angka Rp 9,5 triliun.

Tentunya yang menjadi pertanyaan, kemana larinya dana para investor ritel tersebut? Well, salah satu kemungkinanya adalah para ritel 'coronials' melarikan uang mereka ke aset cryptocurrency.

Hal ini wajar mengingat di saat IHSG ambruk pada bulan terakhir kuartal pertama tahun 2021, mata uang kripto malah terapresiasi kencang. Simak kinerja mata uang kripto terbesar yakni Bitcoin dan kedua terbesar yakni Ethereum.

(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular