Royal Tebar Dividen, 7 Saham Ini Dapat Nilai Plus Lho, Simak!

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
12 April 2021 06:21
Bursa efek Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan sekuritas asal Korea Selatan, pemimpin pasar trading harian di Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia mencatat beberapa emiten unggulan (blue chip) yang memiliki imbal hasil (yield) dividen atas laba bersih yang tinggi dibanding emiten lainnya.

Dalam literatur pasar modal, disebutkan dividend yield adalah dividen per saham dibagi harga pasar saham. Jadi ini adalah perhitungan tingkat keuntungan yang diberikan oleh perusahaan tersebut.

Misalnya, perusahaan X memberikan dividen per saham sebesar Rp 200 per saham, di mana harga pasar saat ini adalah Rp 5.000. Maka dividend yield saham perusahaan X tersebut adalah 4%.

Beberapa di antara emiten yang dimaksud yakni PT Adaro Energy Tbk (ADRO) 3,3%, PT PGN Tbk (PGAS) 3,2%, PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) 2,7%, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) 2,7%, PT Astra International Tbk (ASII) 2,3%, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) 2,2%, dan PT United Tractors Tbk (UNTR) 2,1%.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), berikut gerak saham-saham yang disebut Mirae Asset memiliki dividend yield yang tinggi tersebut dalam sepekan terakhir.

Gerak Saham Rekomendasi Mirae Asset Sepekan (5-9 April)

1. Adaro Energy (ADRO), +2,12% Rp 1.205, net buy asing Rp 45 M, dividend yield 9,10%

2. PGN (PGAS), +0,38% Rp 1.320, net buy Rp 35 M, dividend yield 3,15%

3. AKR Corporindo (AKRA), +0,62% Rp 3.230, net sell Rp 8 M, dividend yield 1,55%

4. Bukit Asam (PTBA), -4,15% Rp 2.540, net buy Rp 35 M, dividend yield 2,94%

5. Astra International (ASII), -1,40% Rp 5.275, net sell Rp 249 M, dividend yield 0,51%

6. Bank BRI (BBRI), +1,40% Rp 4.350, net sell Rp 497 M, dividend yield 2,27%

7. United Tractors (UNTR), +2,48% Rp 22.725, net buy Rp 73 M, dividend yield 0,75%

NEXT: Prediksi IHSG, ke Mana Arah Level Selanjutnya?

Dalam paparan virtal pada Kamis lalu (8/4), Investment Information Head Mirae Asset Sekuritas, Roger M.M, memprediksi, IHSG akan terkonsolidasi downtrend sebagai support(batas bawah) 5.892-5.735 serta resisten (batas atas) 6.195-6.281.

Menurutnya, ada dua faktor positif yang dapat mendukung pergerakan IHSG ke depannya, tetapi masih akan terdilusi oleh satu faktor negatif yaitu kondisi makroekonomi.

Sentimen positif pertama adalah laporan kinerja keuangan emiten FY-2020 dan 1Q-2021. Kedua adalah aksi korporasi beberapa emiten, terutama musim dividen.

Di sisi lain, Mirae Asset memproyeksikan nilai transaksi di bursa saham domestik sepanjang April ini masih akan cenderung terkonsolidasi. Hal ini, imbas dari kondisi makroekonomi domestik yang belum bertenaga dan momentum Ramadan.

Nilai transaksi bursa saham akan terpangkas menjadi kisaran Rp 9 triliun per hari, turun dari rerata Januari, Februari, serta Maret yang masing-masingnya Rp 20 triliun, Rp 15 triliun, dan Rp 10 triliun per hari.

"April ada kemungkinan turun menjadi sekitar Rp 9 triliun per hari, faktor puasa juga biasanya akan membuat nilai transaksi harian lebih lesu dibandingkan dengan sebelumnya," ujar Roger, dalam pemaparannya secara virtual, Kamis (8/4/2021).

Dalam kesempatan sama, ekonom Mirae Asset Sekuritas Anthony Kevin menilai prospek perbaikan ekonomi global yang positif masih dibatasi kondisi di dalam negeri yang belum cukup baik. Beberapa kondisi utama adalah distribusi vaksinasi Covid-19 yang masih lambat dan perekonomian kelas menengah ke bawah yang belum membaik.

Dari global, dia menuturkan ada beberapa sentimen positif utama yang diprediksi dapat memberikan dorongan untuk penguatan pasar. Sentimen itu adalah angka aktif Covid-19 dunia yang turun signifikan, kampanye vaksin terbesar sepanjang masa, dan prospek pemulihan ekonomi yang sesuai jalurnya.

"Distribusi vaksin akan menjadi kunci bagi prospek pemulihan ekonomi dunia tersebut, dan perbaikan ekonomi jangka panjangnya di tingkat global masih tetap menjanjikan," ujar Kevin.

Sisi negatifnya, potensi kenaikan tingkat imbal hasil (yield) lanjutan dari obligasi pemerintah AS (US Treasury) masih akan berdampak pada pelemahan pasar keuangan domestik terutama mata uang rupiah. Sebagai gambaran, yield seri US Treasury acuan yaitu tenor 10 tahun kemarin berada pada kisaran 1,65%, naik dari posisi 0,9% di akhir 2020.

Dia menambahkan bahwa kondisi global yang cenderung positif tersebut dapat tertutup kondisi ekonomi di dalam negeri yang belum cukup mendorong optimisme pelaku pasar akibat dua faktor utama.

Adapun dua faktor utama yang disinggung Kevin yakni,pertama, perekonomian menengah-bawah yang belum membaik terindikasi oleh data penyaluran kredit bank yang masih rendah (Bank Indonesia mencatat -2,15% pada Februari) dan aktivitas di pasar-pasar tradisional yang belum menggeliat.

Dia juga menilai, indikasi itu semakin menguatkan prediksi bahwa aktivitas ekonomi sepanjang bulan puasa belum akan meningkat tajam seperti harapan pelaku pasar. Padahal, lanjutnya, laju aktivitas ekonomi pada bulan puasa adalah indikator utama yang umum dijadikan referensi aktivitas ekonomi hingga akhir tahun.

Kedua, percepatan sebaran vaksin diharapkan dapat berjalan lancar.

Dengan rata-rata vaksin per hari sekitar 40.000 orang sat ini, maka diprediksi jumlah penerima vaksin dalam 6 bulan ke depan berada pada kisaran angka 7,2 juta orang, masih sangat rendah dibandingkan dengan target seluruh penduduk yang berada pada angka 260 juta jiwa.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Happy Monday! Intip Bocoran Saham-saham Pilihan Hari Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular