Nyaris Sentuh Rp 14.600/US$, Rupiah Melemah 8 Pekan Beruntun

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
09 April 2021 17:05
mata uang rupiah dolar dollar Bank Mandiri
Foto: Ilustrasi Rupiah dan Dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah nyaris stagnan sepanjang perdagangan melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada Jumat (9/4//2021). Namun, kurang lebih 1 jam sebelum penutupan perdagangan rupiah terperosok ke zona merah, hingga nyaris menyentuh Rp 14.600/US$ dan gagal bangkit kembali. Alhasil, rupiah memperpanjang tren pelemahan secara mingguan menjadi 8 pekan beruntun.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dan tertahan di Rp 14.530/US$, sebelum akhirnya melemah hingga 0,34% ke Rp 14.580/US$. Posisi rupiah sedikit membaik, di akhir perdagangan berada di Rp 14.560/US$, melemah 0,21% di pasar spot.

Dengan pelemahan tersebut, sepanjang pekan ini rupiah membukukan pelemahan 0,41%, dan selama 8 pekan anjlok sebesar 4,37%.

Dibandingkan mata uang utama Asia lainnya hari ini, rupiah berada di luar 3 besar terburuk. Hingga pukul 15:09 WIB, rupee India menjadi yang terburuk dengan pelemahan 0,4%, disusul won Korea Selatan 0,36% dan yen Jepang 0,27%. Sementara Ringgit Malaysia dan peso Filipina sukses menguat meski sangat tipis 0,05% dan 0,04%.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia.

Indeks dolar AS yang kemarin merosot 0,43% hari ini bangkit dengan menguat 0,22%. Sementara itu data ekonomi yang dirilis dari dalam negeri juga masih belum bagus.
Bank Indonesia hari ini merilis data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang menunjukkan perbaikan.

Pada Maret 2021, BI mengumumkan IKK berada di 93,4. Meningkat dibandingkan dengan 85,8 dan 84,9 pada Februari dan Januari 2021.

IKK menggunakan angka 100 sebagai titik mula. Di atasnya berarti optimistis, sementara di bawahnya berarti pesimistis.

Artinya, IKK di bulan Maret memang sudah membaik tetapi konsumen cenderung masih pesimistis atau belum pede memandang perekonomian saat ini hingga enam bulan mendatang.

"Perbaikan keyakinan konsumen pada Maret 2021 didorong oleh membaiknya ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi ke depan dan persepsi terhadap kondisi ekonomi saat ini. Responden menyampaikan bahwa perbaikan ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi ke depan ditopang oleh membaiknya ekspektasi terhadap ketersediaan lapangan kerja, ekspansi kegiatan usaha, dan penghasilan pada 6 bulan yang akan datang," sebut keterangan tertulis BI, Jumat (9/4/2021).

HALAMAN SELANJUTNYA >>> BI Yakin Rupiah Akan Kembali Menguat

Meski sudah 8 pekan tanpa pernah menguat, BI masih yakin rupiah akan bangkit lagi. Sebab posisi saat ini dikatakan masih di bawah nilai fundamentalnya.

"Room untuk penguatan rupiah secara fundamental sangat terbuka karenanya kami meyakini rupiah masih undervalued," ungkap Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI), Hariyadi Ramelan kepada CNBC Indonesia, Jumat (9/4/2021).

Asumsi tersebut didorong oleh pemulihan ekonomi yang terus berlangsung. Seperti inflasi terjaga di level yang rendah, defisit transaksi berjalan diperkirakan pada kisaran 1-2% terhadap PDB dan cadangan devisa yang lebih dari cukup.

"Ini semua juga didukung oleh masuknya inflows portfolio asing secara bertahap serta kehadiran bank sentral untuk mengawal setiap saat di pasar," ujarnya.

Sayangnya pergerakan nilai tukar beberapa waktu terakhir dipengaruhi oleh sentimen dari luar negeri, khususnya Amerika Serikat (AS) dan China. Sementara di dalam negeri dipengaruhi oleh perkembangan isu Rancangan Undang-undang (RUU) BI yang dibahas di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada tahun ini.

"Dinamika di pasar juga bisa terjadi dalam bentuk technical sentiment yang sensitif untuk investor asing karena berkembang isu-isu lain seperti soal RUU BI yang terjadi. Namun sekali lagi fundamental kita sangat kuat dibanding peer countries," paparnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular