
Nyaris Sentuh Rp 14.600/US$, Rupiah Melemah 8 Pekan Beruntun

Jakarta, CNBCÂ Indonesia -Â Nilai tukar rupiah nyaris stagnan sepanjang perdagangan melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada Jumat (9/4//2021). Namun, kurang lebih 1 jam sebelum penutupan perdagangan rupiah terperosok ke zona merah, hingga nyaris menyentuh Rp 14.600/US$ dan gagal bangkit kembali. Alhasil, rupiah memperpanjang tren pelemahan secara mingguan menjadi 8 pekan beruntun.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dan tertahan di Rp 14.530/US$, sebelum akhirnya melemah hingga 0,34% ke Rp 14.580/US$. Posisi rupiah sedikit membaik, di akhir perdagangan berada di Rp 14.560/US$, melemah 0,21% di pasar spot.
Dengan pelemahan tersebut, sepanjang pekan ini rupiah membukukan pelemahan 0,41%, dan selama 8 pekan anjlok sebesar 4,37%.
Dibandingkan mata uang utama Asia lainnya hari ini, rupiah berada di luar 3 besar terburuk. Hingga pukul 15:09 WIB, rupee India menjadi yang terburuk dengan pelemahan 0,4%, disusul won Korea Selatan 0,36% dan yen Jepang 0,27%. Sementara Ringgit Malaysia dan peso Filipina sukses menguat meski sangat tipis 0,05% dan 0,04%.
Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia.
Indeks dolar AS yang kemarin merosot 0,43% hari ini bangkit dengan menguat 0,22%. Sementara itu data ekonomi yang dirilis dari dalam negeri juga masih belum bagus.
Bank Indonesia hari ini merilis data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang menunjukkan perbaikan.
Pada Maret 2021, BI mengumumkan IKK berada di 93,4. Meningkat dibandingkan dengan 85,8 dan 84,9 pada Februari dan Januari 2021.
IKK menggunakan angka 100 sebagai titik mula. Di atasnya berarti optimistis, sementara di bawahnya berarti pesimistis.
Artinya, IKK di bulan Maret memang sudah membaik tetapi konsumen cenderung masih pesimistis atau belum pede memandang perekonomian saat ini hingga enam bulan mendatang.
"Perbaikan keyakinan konsumen pada Maret 2021 didorong oleh membaiknya ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi ke depan dan persepsi terhadap kondisi ekonomi saat ini. Responden menyampaikan bahwa perbaikan ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi ke depan ditopang oleh membaiknya ekspektasi terhadap ketersediaan lapangan kerja, ekspansi kegiatan usaha, dan penghasilan pada 6 bulan yang akan datang," sebut keterangan tertulis BI, Jumat (9/4/2021).
HALAMAN SELANJUTNYA >>> BI Yakin Rupiah Akan Kembali Menguat
