Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tidak bergerak di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Namun di pasar spot, rupiah kembali melemah.
Pada Jumat (9/4/2021), kurs tengah BI atau kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.580. Sama persis dibandingkan hari sebelumnya.
Sementara di pasar spot, rupiah mengakhiri perdagangan di posisi Rp 14.560. Mata uang Tanah Air melemah 0,21%.
Sejatinya rupiah juga banyak menghabiskan waktu di wilayah stagnasi. Namun jelang penutupan pasar, rupiah merosot dan harus puas finis di jalur merah.
Tidak cuma rupiah, sebagian besar mata uang utama Asia juga melemah di hadapan dolar AS. Hanya ringgit Malaysia dan peso Filipina yang masih bisa menguat, itu pun tipis saja.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning di perdagangan pasar spot pada pukul 15: WIB:
Halaman Selanjutnya --> Vaksin AstraZeneca Bermasalah, Investor Lari ke Dolar AS
Apa mau dikata, dolar AS memang masih perkasa. Pada pukul 15:24 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posiis greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,23%.
Sepertinya pelaku pasar khawatir dengan kabar soal vaksin anti-virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Vaksin buatan AstraZeneca-Universitas Oxford masih saja menuai problema.
Beberapa hari lalu, otoritas pengawas obat Uni Eropa menyatakan ada kemungkinn gejala pembekuan darah (blood clotting) disebabkan oleh vaksin tersebut. Akibatnya, sejumlah negara menbatasi atau bahkan menunda penyuntikan vaksin AstraZeneca.
Negara-negara sepertii Australia, Filipina, dan Spanyol membatasi penggunaan vaksin AstraZeneca. Sementara negara-negara Uni Afrika membatalkan pemesanannya dan Hong Kong memilih untuk menunda.
Padahal vaksin adalah senjata pamungkas untuk melawan virus yang awalnya menyebar di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China tersebut. Semakin vaksinasi tertunda, maka semakin lama harapan hidup bisa normal seperti dulu lagi. Permbatasan aktivitas dan mobilitas masyarakat tetap akan diterapkan, bahkan bisa lebih ketat seperti yang terjadi di beberapa negara Eropa.
Prospek pemulihan ekonomi dunia yang masih abu-abu membuat investor belum mau bermain agresif. Bermain aman dengan mengoleksi dolar AS menjadi norma di pasar. Hasilnya jelas, rupiah dan mata uang Asia melemah.
TIM RISET CNBC INDONESIA