
Harta Crazy Rich RI Berlimpah Ruah, Ternyata ini Rahasianya

Jakarta, CNBC Indonesia - Kekayaan top 10 crazy rich Indonesia jika ditotal mencapai US$ 65,4 miliar atau setara dengan Rp 948,3 triliun dengan asumsi kurs Rp 14.500/US$. Hampir orang yang masuk ke dalam jajaran manusia paling tajir di Tanah Air itu memiliki usaha dan investasi yang terdiversifikasi.
Di posisi puncak dan runner up tetap diduduki oleh duo Hartono bersaudara. Total kekayaan keduanya mencapai US$ 40,2 miliar yang jika dikonversi ke dalam rupiah mencapai Rp 582,9 triliun. Keduanya masuk jajaran 100 orang paling tajir di dunia.
Aset sebesar itu kebanyakan berasal dari kepemilikan sahamnya di PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang lebih dari 50% melalui PT Dwimuria Investama Andalan. Selain dari BBCA, duo Hartono juga memiliki group Djarum yang memproduksi rokok dengan merek yang sama serta brand lain yang juga populer.
Di posisi ketiga juga masih diduduki oleh Prajogo Pangestu yang memiliki saham mayoritas di PT Barito Pacific Tbk (BRPT) dan perusahaan ini memiliki saham di PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA). Kekayaannya ditotal mencapai US$ 6,5 atau Rp 94,2 triliun.
Menyusul di peringkat empat ada si anak singkong Chairul Tanjung atau yang akrab disapa CT. Secara konsisten CT lewat kepemilikannya di CT Corp selalu menduduki jajaran 10 orang terkaya di RI. Total aset yang terhitung oleh majalah Forbes mencapai US$ 4,8 miliar atau setara dengan Rp 69,6 triliun.
Beberapa perusahaan yang menjadi portofolio investasi CT Corp di antaranya PT Bank Mega Tbk (MEGA), PT Bank Mega Syariah, PT Mega Capital Sekuritas, PT Mega Asset Management, PT Mega Finance, PT Asuransi Umum Mega (Mega Insurance), PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA), Trans Resort Bali, CT Agro, Transmedia, dan The Trans Luxury Hotel Bandung.
Kelima ada Tahir dan keluarganya yang memiliki grup bisnis Mayapada. Kekayaannnya ditaksir mencapai US$ 3,3 miliar atau Rp 47,9 triliun. Lanjut di peringkat keenam ada Edi Kusnadi Sariaatmadja dengan Emtek Group (EMTK) dengan nilai kekayaan mencapai US$ 3 miliar atau Rp 43,5 triliun.
Di posisi ketujuh ada pemain baru. Namanya Jerry Ng seorang bankir senior eks-direktur utama PT Bank BTPN Tbk (BBTN) yang kemudian memilih mengakuisisi bank buku I yakni PT Bank Artos Tbk yang kemudian berganti nama menjadi PT Bank Jago Tbk (ARTO) dan menjadikannya bisnis bank digital.
Emiten saham milik keduanya kini sudah masuk jajaran perusahaan dengan nilai kapitalisasi pasar lebih dari Rp 100 triliun. Setiap kali harga saham EMTK dan ARTO naik maka on paper keduanya menjadi semakin tajir.
Menyusul di posisi kedelapan ada pengusaha kondang Theodore Permadi Rachmat (TP Rachmat) sebagai founder Triputra Group dengan total kekayaan diestimasi mencapai US$ 1,7 miliar atau setara dengan Rp 26,5 triliun.
Di posisi kesembilan dan sepuluh nilai kekayaannya juga mencapai US$ 1,7 miliar ada Mochtar Riady dan keluarga dengan grup Lipponya serta Djoko Susanto yang memiliki usaha di PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) yang lebih dikenal dengan Alfamart.
Jika dilihat mereka-mereka ini bisa setajir itu karena memiliki diversifikasi bisnis di sektor-sektor yang strategis dan seksi seperti konsumen, perbankan dan energi. Sebagai negara dengan populasi terbesar ke-4 di dunia ketiga sektor tersebut memang menjanjikan cuan yang berlimpah jika berhasil menguasai pangsa pasar yang besar.
Eksposur usahanya ke pasar modal juga membuat mereka mendapatkan akses ke permodalan dan bisa menumbuhkan bisnisnya baik secara organik dan anorganik. Ke depan kekayaan para crazy rich bisa semakin menggunung jika bisnisnya mampu terus berkembang.
Salah satu cara untuk memperluasnya adalah melalui kolaborasi dan membangun ekosistem yang mantap. Misalnya seperti ARTO yang berkolaborasi dengan perusahaan rintisan decacorn yaitu Gojek untuk membangun ekosistem digital dan meningkatkan inklusi keuangan masyarakat RI yang rendah.
Bayangkan saja Gojek memiliki diversifikasi bisnis yang luas ditopang dengan core di ride hailing serta sayap keuangan uang digital berupa Gopay. Apalagi ada isu yang menyebutkan Gojek akan merger dengan startup unicorn lain yaitu Tokopedia.
Jika aksi tersebut terlaksana maka akan muncul pemain besar dalam industri dan ekosistem digital.
Bayangkan saja Gojek bisa menawarkan jasa logistik dan pembayarannya, Tokopedia menawarkan lapaknya untuk perdagangan dan merchant-merchant keduanya bisa mendapatkan akses kredit dari ARTO. Inilah yang disebut sebagai ekosistem bisnis.
Ke depan penantang baru bisa menggeser incumbent dan berhak menyandang status sebagai crazy rich jika bisa memanfaatkan peluang ini dengan baik.
(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bos Lion Air Rusdi Kirana Keluar dari Klub 50 Orang Tajir RI