
Rupiah Lesu, Kurs Dolar Singapura dan Australia Menyalip

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah kemarin sukses membungkam 3 dolar sekaligus, tetapi pada perdagangan hari ini, Kamis (8/4/2021) justru arah angin berbalik. Dolar Amerika Serikat (AS), Singapura, hingga Australia melesat tajam hingga tengah hari.
Melansir data Refinitiv, pada pukul 12:19 WIB, rupiah melemah 0,41% melawan dolar AS di Rp 14.550/US$. Sementara dolar Singapura melesat 0,47% ke Rp 10.853,35/SG$, yang merupakan level tertingggi dalam 6 bulan terakhir. Kemudian dolar Australia meroket 0,61% ke Rp 11.100,2/AU$.
Menguatnya ketiga dolar tersebut menjadi indikasi rupiah sedang lesu.
Rupiah belakangan ini memang kurang bertenaga akibat capital outflow dari dalam negeri. Data dari Direktorat Jendral Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) menunjukkan sepanjang bulan Maret terjadi capital outflow sebesar Rp 20 triliun di pasar obligasi.
Tidak hanya itu, obligasi Indonesia juga kurang menarik, hal tersebut tercermin dari lelang yang dilakukan, dimana yang dimenangkan selalu lebih rendah dari target indikatif.
Lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk Negara yang dilakukan Selasa (6/4/2021) kembali tidak mencapai target. Pemerintah melalui Direktorat Jendral Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan dalam lelang Sukuk kemarin yang dimenangkan sebesar 7,34 triliun dari target indikatif yang ditetapkan sebesar Rp 10 triliun.
Nilai penawaran yang masuk sebesar Rp 14,6 triliun, menurun ketimbang lelang 23 Maret sebesar Rp 17,2 triliun. Pemerintah kemudian menetapkan lelang tambahan (greenshoe option) pada hari ini.
Lelang Surat Utang Negara (SUN) juga bernasib sama, pada 30 Maret lalu, DJPPR menetapkan target indikatif sebesar Rp 30 triliun, yang dimenangkan hanya Rp 4,75 triliun. Sehingga sehari setelahnya diadakan lelang tambahan.
Penawaran yang masuk pada lelang 30 Maret tersebut sebesar Rp 33,95 triliun, turun ketimbang lelang sebelumnya pada 16 Maret sebesar Rp 40,1 triliun. Sementara pada 2 Maret lalu, penawaran yang masuk saat lelang SUN sebesar 49,7 triliun.
Penurunan nilai penawaran yang masuk tersebut mencerminkan kurang menariknya obligasi Indonesia, yang pada akhirnya membuat rupiah lesu.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sedang Tak Berharga, Dolar Makin Banyak 'Dibuang'
