Rupiah Lemas di Kurs Tengah BI dan Spot, Ini Penyebabnya

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
08 April 2021 15:33
Warga Turki Menukarkan dollar
Ilustrasi Dolar AS (REUTERS/Umit Bektas)

Selain itu, depresiasi rupiah juga disebabkan faktor eksternal. Kalau rupiah melemah, maka pasti dolar AS menguat dong.

Dini hari tadi waktu Indonesia, bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) merilis notula rapat atau minutes of meeting edisi Maret 2021. Dalam notula rapat, tergambar 'suasana kebatinan' dari Ketua Jerome 'Jay' Powell dan kolega. Seluruh peserta rapat sepakat bahwa ekonomi AS memang semakin membaik, tetapi masih jauh dari target The Fed yaitu inflasi 2% secara berkelanjutan dan penciptaan lapangan kerja yang maksimal (maximum employment).

"Para peserta rapat menggarisbawahi bahwa sepertinya perlu waktu untuk mencapai kemajuan yang signifikan dalam mencapai target-target tersebut. Ke depan, jalan masih penuh ketidakpastian dengan pandemi virus corona tetap menjadi risiko," tulis notula itu.

Dengan ketidakpastian dan risiko itu, para pengambil keputusan di The Fed sepakat bahwa posisi (stance) kebijakan moneter saat ini masih layak (appropriate) untuk mengawal pemulihan ekonomi. Posisi (stance) kebijakan moneter The Fed sekarang boleh dibilang ultra-longgar dengan suku bunga acuan mendekati 0%.

Akan tetapi, pelaku pasar tidak sepenuhnya yakin bahwa The Fed bisa kuat menahan suku bunga tetap rendah. Pasalnya, perekonomian AS terus menunjukkan tanda kebangkitan.

Teranyar, Kementerian Perdagangan AS melaporkan neraca perdagangan Negeri Paman Sam pada Februari 2021 membukukan defisit US$ 71,1 miliar. Ini adalah rekor terdalam sepanjang sejarah modern AS.

"Defsiit perdagangan akan tetap lebar sepanjang tahun ini dan tahun depan. Seiring ekonomi yang semakin kuat, defisit neraca perdagangan akan tetap lebar," kata Ryan Sweet, Ekonom Senior Moody's Analytics, seperti diberitakan Reuters.

Pemulihan ekonomi berarti permintaan akan meningkat. Saat permintaan naik, demikian pula laju inflasi.

Oleh karena itu, pelaku pasar yakin akan datang saatnya The Fed harus merespons peningkatan ekspektasi inflasi dengan menaikkan suku bunga acuan. Mengutip CME FedWatch, probabilitas Federal Funds Rate naik 25 basis poin (bps) pada akhir 2021 adalah 10,4%. Semakin lama peluangnya semakin besar.

fedSumber: CME FedWatch

Jika suku bunga acuan benar-benar naik, maka berinvestasi di aset-aset berbasis dolar AS (terutama di instrumen berpendapatan tetap) akan semakin menguntungkan. Jadi tidak heranĀ investor bergitu getol memburu obligasi pemerintah AS karena ekspektasi kenaikan cuan.

Perburuan investor terhadap aset berbasis dolar AS membuat mata uang itu begitu perkasa. Akibatnya, ruang penguatan rupiah menjadi terbatas.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular