
Pandemi, Omzet Produsen Susu Ultra Milk Drop Jadi Rp 5,9 T

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten konsumer milik taipan Sabana Prawirawidjaja, PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk (ULTJ), mencatatkan total pendapatan menjadi Rp 5,96 triliun di sepanjang tahun lalu, turun 4,11% dari posisi yang sama di tahun 2019 sebesar Rp 6,22 triliun atau berkurang Rp 255,7 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan publikasi, meski pendapatan turun, perusahaan produsen minuman asal Jawa Barat dengan produk utama susu kemasan, Ultra Milk ini justru mampu mencetak laba bersih naik 6,53% menjadi Rp 1,1 triliun dari Rp 1,03 triliun di tahun 2019.
Laba per saham ikut naik menjadi Rp 100 dari sebelumnya Rp 89 di tahun 2019.
Selaras dengan turunnya pendapatan dari penjualan, beban pokok penjualan perusahaan juga ikut turun 3,66% menjadi Rp 3,73 triliun dari sebelumnya Rp 3,88 triliun.
Dari sisi aset, terjadi kenaikan sebesar 32,47% menjadi Rp 8,75 triliun pada tahun 2020, dari posisi yang sama tahun 2019 senilai Rp 6,6 triliun.
Aset lancar tercatat Rp 5,59 triliun melonjak 50,5% dari Rp 3,71 triliun, sedangkan untuk aset tidak lancar mengalami kenaikan 9,3% menjadi Rp 3,16 triliun dari sebelumnya hanya Rp 2,89 triliun.
Di pos liabilitas terjadi peningkatan signifikan, naik 316% menjadi Rp 3,97 triliun, dari posisi tahun 2019 yang hanya berjumlah Rp 953,28 miliar. Liabilitas jangka pendek loncat 178% menjadi senilai Rp 2,32 triliun dan liabilitas jangka panjang melonjak 1306% mencapai Rp 1,64 triliun dari tahun 2019 yang hanya senilai Rp 116,96 miliar.
Untuk ekuitas di akhir 2020 ditutup pada posisi Rp 4,78 triliun, terdepresiasi 15,44% dari Rp 5,65 triliun pada tahun sebelumnya.
Dalam laporan yang mereka terbitkan Ultra Jaya mencatat bahwa keberadaan virus korona (Covid-19) yang menyebar ke seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia, mengharuskan diambilnya langkah-langkah pencegahan dan langkah strategi lainnya.
Langkah-langkah tersebut diantaranya adalah membatasi perjalanan masuk dan keluar dari suatu negara, lockdown area tertentu, menunda acara dan pertemuan, membatasi pergerakan orang.
Menurut manajemen ULTJ, kebijakan ini sangat bermanfaat untuk mengurangi laju penyebaran virus, akan tetapi hal ini juga telah memperlambat ekonomi secara umum dan berdampak negatif terhadap operasi banyak perusahaan.
Manajemen Grup menyadari permasalahan ini dan telah mengambil langkah-langkah untuk mengatasinya, akan tetapi belum dapat dipastikan bagaimana fenomena ini mempengaruhi operasi Grup di masa yang akan datang.
Di pasar modal, data BEI mencatat, saham ULTJ diperdagangkan di level Rp 1.525/saham pada pukul 14.12 Rabu ini (7/4). Dalam seminggu terakhir sahamnya naik tipis 0,33% dan untuk perdagangan selama sebulan terakhir, saham ini tidak mengalami perubahan. Setahun terakhir sahamnya hanya naik 2,35% dengan kapitalisasi pasar Rp 17,62 triliun.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ngutang MTN Rp 3 T, Ultrajaya Milk Bakal Ngapain?
