Rupiah Jaya, Jaya, Jaya! Terima Kasih, IMF...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
07 April 2021 09:20
Ilustrasi Dollar
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot hari ini. 'Ramalan' Dana Moneter Internasional (IMF) yang lebih cerah terhadap perekonomian dunia membuat moral pelaku pasar terdongkrak dan berani masuk ke aset-aset berisiko di negara berkembang, termasuk Indonesia.

Pada Rabu (7/4/2021), US$ 1 setara dengan Rp 14.450 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat 0,34% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Rupiah mengawali April 2021 dengan lumayan oke. Dalam dua hari perdagangan terakhir, rupiah menguat masing-masing 0,07%.

Setelah melalui Maret 2021 yang begitu berat, di mana rupiah melemah sampai 1,89% di hadapan dolar AS, kini beban mata uang Tanah Air mulai terangkat. Kebutuhan valas korporasi kembali normal setelah begitu tinggi pada akhir kuartal untuk pembayaran dividen, utang jatuh tempo, dan lain-lain. Tekanan terhadap rupiah mereda sehingga ada ruang apresiasi.

Dari sisi eksternal, rupiah juga terbantu oleh kabar gembira dari IMF. Dalam konferensi pers di sela-sela Pertemuan Musim Semi (Spring Meeting), Kepala Ekonom IMF Gita Gopinath menyebut proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini adalah 6%. Naik dibandingkan perkiraan sebelumnya yaitu 5,5%. Jika Produk Domestik Bruto (PDB) dunia benar-benar tumbuh 6%, maka akan menjadi catatan terbaik sejak 1973.

"Meski ada ketidakpastian yang sangat besar karena pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19), tetapi jalan keluar dari krisis ini semakin terlihat nyata," tegas Gopinath, sebagaimana diwartakan Reuters.

Halaman Selanjutnya --> Kebangkitan Ekonomi AS Kian Nyata

Di AS, pemulihan ekonomi itu juga kian terlihat. Pada Maret 2021, Institute of Supply Management (ISM) melaporkan angka Purchasing Managers' Index (PMI) sektor jasa di Negeri Stars and Stripes berada di 63,7. Ini adalah rekor tertinggi sepanjang sejarah pencatatan.

Sektor jasa adalah 'jantung' perekonomian AS, dengan sumbangan terhadap PDB lebih dari 70%. Ketika sektor jasa bergeliat, maka niscaya ekonomi secara keseluruhan akan meningkat.

"Penciptaan lapangan kerja akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan permintaan. Namun memang masih jauh dari cita-cita The Federal Reserve yaitu penciptaan lapangan kerja yang maksimal," kata John Ryding, Kepala Ekonom Brean Capital yang berbasis di New York (AS), seperti dikutip dari Reuters.

Ya, saat ini mencari pekerjaan di Negeri Paman Sam memang masih sulit. Menurut perhitungan Kementerian Ketenagakerjaan AS, masih ada 1,4 orang yang menganggur di setiap pembukaan satu lapangan kerja. Masih di atas kondisi sebelum pandemi yaitu 0,82 orang.

Namun dengan kondisi yang terus membaik, investor meyakini bahwa sudah terlihat cahaya di ujung terowongan. Ada harapan, dan harapan itu kian hari semakin besar. Optimisme investor ini kemudian disalurkan dalam bentuk keberanian mengoleksi aset-aset berisiko.

"Harga aset yang dalam tren naik mencerminkan antisipasi pasar bahwa perekonomian akan segera kembali normal. Meski prosesnya mungkin membutuhkan waktu yang tidak sebentar," sebut Stephen Massocca, Senior Vice President di Wedbush Securitites yang berbasis di San Fransisco (AS), seperti diberitakan Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular