Kurs Tengah BI Kini Diumumkan Sore Hari, Rupiah Apa Kabar?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
06 April 2021 15:27
rupiah melemah terhadap Dollar
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tidak lagi menguat di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Rupiah pun berjaya di perdagangan pasar spot.

Pada Selasa (6/4/2021), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.519. Rupiah menguat 0,1% dibandingkan posisi hari sebelumnya.

Mulai 5 April 20201, kurs tengah BI tidak lagi diumumkan pukul 10:00 WIB tetapi pukul 15:15 WIB. Berdasarkan keterangan tertulis BI No 23/30/DKom, Jisdor, yang merepresentasikan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dari transaksi antar-bank di pasar valuta asing, termasuk transaksi dengan bank di luar negeri, diperkuat dalam dua aspek.

"Pertama, periode pemantauan transaksi pembentuk Jisdor mengalami perubahan dari semula pukul 08:00 WIB sampai dengan 09:45 WIB menjadi pukul 08:00 WIB sampai dengan 16:00 WIB. Perubahan tersebut membuat Jisdor lebih mencerminkan transaksi spot yang terjadi sepanjang hari. Kedua, penyesuaian waktu penerbitan Jisdor dari yang semula pukul 10:00 WIB menjadi 16:15 WIB. Dalam periode penyesuaian waktu operasional pasar valuta asing domestik terkait pandemi Covid-19, rentang waktu perhitungan Jisdot akan dilakukan mulai pukul 09:00 WIB sampai dengan 15:00 WIB dan Jisdor akan terbit pada pukul 15:15 WIB," papar keterangan tersebut.

Di pasar spot, rupiah pun menghijau. Pada penutupan pasar, US$ 1 setara dengan Rp 14.500 di mana rupiah menguat tipis 0,03%.

Kala pembukaan pasar, rupiah lebih sangar dengan penguatan 0,21% ke Rp 14.480/US$. Namun seiring perjalanan, mata uang Tanah Air agak mengendur sehingga dolar AS kembali ke atas Rp 14.500.

Sementara mata uang Asia lainnya bergerak variatif di hadapan dolar AS. Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning di perdagangan pasar spot pada pukul 15:26 WIB:

Halaman Selanjutnya --> Dolar AS Cuma 'Kepleset' Kok!

Sejatinya dolar AS sedang 'pincang'. Pada pukul 09:31 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) terkoreksi 0,42%.

Namun, koreksi ini dinilai hanya riak kecil di tengah samudera keperkasaan dolar AS. Ya, ke depan sepertinya mata uang Negeri Paman Sam bakal terus perkasa.

Keperkasaan dolar AS ditopang oleh pemulihan ekonomi yang begitu impresif. Akhir pekan lalu, US Bureau of Labor Statistics mengumumkan penciptaan lapangan kerja di Negeri Adidaya pada Maret 2021 mencapai 916.000, tertinggi sejak Agustus 2020.

Lapangan kerja yang semakin tercipta membuat angka pengangguran turun. Per akhir Maret, tingkat pengangguran AS berada di 6%, terendah sejak Maret 2020.

Ekonomi yang pulih tentu akan disertai dengan peningkatan permintaan. Saat permintaan naik, maka harga barang dan jasa juga ikut naik. Terjadi tekanan inflasi.

Jika inflasi AS bisa naik dengan stabil di kisaran 2%, maka bank sentral The Federal Reserve/The Fed kemungkinan bakal merespons dengan mengetatkan kebijakan moneter. Salah satunya dengan menaikkan suku bunga acuan, yang saat ini berada di 0-0,25%, terendah dalam sejarah modern AS.

Ketika itu terjadi, maka imbalan investasi di aset-aset berbasis dolar AS (terutama di instrumen berpendapatan tetap seperti obligasi) akan ikut naik. Dolar AS bakal semakin diminati sehingga prospeknya sangat cerah.

"Nilai tukar dolar AS akan mencerminkan ekspektasi pertumbuhan ekonomi AS yang akan melampaui negara-negara lain. Namun di sela-sela penguatan itu, tentu ada saatnya dolar AS menekan tombol 'pause'," sebut Mark McCormick, Global Head of FX Strategy di TD Securities dalam risetnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular