Not Bad, Rupiah! Dolar AS Kini di bawah Rp 14.500

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
06 April 2021 09:15
Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Bursa saham New York yang kembali mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah menjadi gambaran bahwa investor sedang bernafsu memburu aset-aset berisiko.

Pada Selasa (6/4/2021), US$ 1 dihargai Rp 14.480 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat 0,21% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Rupiah mengawali Mei 2021 dengan cukup apik. Sejak akhir bulan lalu, rupiah menguat tipis 0,07% di hadapan dolar AS secara point-to-point.

Dari dalam negeri, tekanan terhadap mata uang Merah Putih sudah reda. Setiap akhir kuartal, rupiah memang cenderung melemah karena tingginya kebutuhan valas korporasi. Perusahaan menjual rupiah untuk ditukarkan ke valas agar bisa membayar kewajiban dividen, utang jatuh tempo, dan sebagainya.

Kini kuartal I sudah usai, kewajiban perusahaan pun telah ditunaikan. Tidak ada alasan lagi untuk agresif melepas rupiah demi mendapatkan valas. Tekanan jual yang mereda ini membuat rupiah berpeluang besar untuk menguat.

Halaman Selanjutnya --> Yield Obligasi AS Terkoreksi

Sementara dari sisi eksternal, minat investor terhadap aset berisiko (risk appetite) juga sedang tinggi. Ini tercermin di Wall Street dini hari tadi.

Hari ini, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup naik tajam 1,13%. Sedangkan S&P 500 melejit 1,44% dan Nasdaq Composite meroket 1,67%. DJIA dan S&P 500 menyentuh rekor tertinggi sepanjang sejarah modern Negeri Stars and Stripes.

Pelaku pasar kembali memburu aset-aset berisiko karena penurunan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS. Pada pukul 07:35 WIB, yield surat utang pemerintahan Presiden Joseph 'Joe' Biden tenor 10 tahun turun 2,5 basis poin (bps) menjadi 1,6949%.

Ya, imbal hasil US Treasury Bonds memang sudah naik gila-gilaan. Sejak akhir 2020, yield untuk tenor 10 tahun sudah melonjak 78,65 bps. Bahkan yield sempat berada di atas 1,7%, tertinggi sejak Januari 2020.

Oleh karena itu, akan datang saatnya di mana investor menilai bahwa yield sudah sangat tinggi. Pelaku pasar mulai membeli obligasi pemerintah AS sehingga harga naik dan yield terkoreksi. Harga dan yield obligasi memiliki hubungan terbalik.

"Hari ini yield tidak banyak bergerak, ini membantu dinamika di pasar saham. Terjadi rotasi, di mana investor kembali berburu saham, terutama saham teknologi," kata Tim Ghriskey, Chief Investment Strategist di Inverness Counsel yang berbasis di New York, seperti dikutip dari Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular