
Not Bad, Rupiah! Dolar AS Kini di bawah Rp 14.500

Sementara dari sisi eksternal, minat investor terhadap aset berisiko (risk appetite) juga sedang tinggi. Ini tercermin di Wall Street dini hari tadi.
Hari ini, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup naik tajam 1,13%. Sedangkan S&P 500 melejit 1,44% dan Nasdaq Composite meroket 1,67%. DJIA dan S&P 500 menyentuh rekor tertinggi sepanjang sejarah modern Negeri Stars and Stripes.
Pelaku pasar kembali memburu aset-aset berisiko karena penurunan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS. Pada pukul 07:35 WIB, yield surat utang pemerintahan Presiden Joseph 'Joe' Biden tenor 10 tahun turun 2,5 basis poin (bps) menjadi 1,6949%.
Ya, imbal hasil US Treasury Bonds memang sudah naik gila-gilaan. Sejak akhir 2020, yield untuk tenor 10 tahun sudah melonjak 78,65 bps. Bahkan yield sempat berada di atas 1,7%, tertinggi sejak Januari 2020.
Oleh karena itu, akan datang saatnya di mana investor menilai bahwa yield sudah sangat tinggi. Pelaku pasar mulai membeli obligasi pemerintah AS sehingga harga naik dan yield terkoreksi. Harga dan yield obligasi memiliki hubungan terbalik.
"Hari ini yield tidak banyak bergerak, ini membantu dinamika di pasar saham. Terjadi rotasi, di mana investor kembali berburu saham, terutama saham teknologi," kata Tim Ghriskey, Chief Investment Strategist di Inverness Counsel yang berbasis di New York, seperti dikutip dari Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
