
Top Gainers-Losers Hari Ini: Saham BUMN Karya & SRIL Ambruk!

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah sempat menguat di awal perdagangan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup ambles hari ini. IHSG merosot 0,68%, meninggalkan level psikologis 6.000 ke posisi 5.970,28 pada penutupan sesi II perdagangan Senin (5/4/2021).
Menurut data BEI, ada 190 saham naik, 301 saham merosot dan 153 saham stagnan, dengan nilai transaksi mencapai Rp 8,16 triliun dan volume perdagangan mencapai 15,56 miliar saham.
Investor asing pasar saham keluar dari Indonesia dengan catatan jual bersih asing mencapai Rp 598,15 miliar di pasar reguler. Sementara, asing mencatatkan jual bersih di pasar negosiasi dan pasar tunai sebesar Rp 22,07 miliar.
Berikut 5 saham top gainers dan losers sesi II hari ini (5/4).
Top Gainers
Visi Media Asia (VIVA), saham +34,62%, ke Rp 70, transaksi Rp 55,2 M
Intermedia Capital (MDIA), +28,81%, ke Rp 76, transaksi Rp 26,3 M
Matahari Putra Prima (MPPA), +21,48%, ke Rp 362, transaksi Rp 92,5 M
Multipolar (MLPL), +15,18%, ke Rp 129, transaksi Rp 59,0 M
Nusa Konstruksi Enjiniring (DGIK), +11,67%, ke Rp 67, transaksi Rp 15,3 M
Top Losers
Pembangunan Perumahan (PTPP), saham -6,91%, ke Rp 1.280, transaksi Rp 52,8 M
Sri Rejeki Isman (SRIL), -6,86%, ke Rp 190, transaksi Rp 29,1 M
Wijaya Karya (WIKA), -6,84%, ke Rp 1.430, transaksi Rp 62 M
Waskita Karya (WSKT), -6,64%, ke Rp 1.055, transaksi Rp 93,9 M
Waskita Beton Precast (WSBP), -6,60%, ke Rp 198, transaksi Rp 34,6 M
Mengacu data BEI, dua saham emiten Grup Bakrie memuncaki top gainers pada sesi I hari ini. Keduanya ialah VIVA dan anak usahanya MDIA.
Di posisi puncak top gainers, ada saham VIVA melejit hingga menyentuh auto rejection atas (ARA) sebesar 34,62% ke Rp 70/saham. Nilai transaksi saham ini sebesar Rp 55,2 miliar.
Sementara sang anak usaha, MDIA, juga melonjak 28,81% ke Rp 76/saham dengan nilai transaksi Rp 26,3 miliar.
Duo saham emiten Grup Lippo juga melaju kencang hari ini. MPPA melesat 21,48% ke Rp 362/saham, sementara sang induk, MPPL, juga terdongkrak 15,18% ke Rp 129/saham.
Berbeda dengan saham-saham di atas, saham-saham emiten BUMN Karya malah menguasai 5 besar top losers hari ini. Emiten-emiten konstruksi BUMN yang menjadi pecundang hari ini ialah PTPP, WIKA, WSKT dan WSBP.
Adapun 5 besar top losers hari ini tercatat kompak sama-sama menyentuh batas auto rejection bawah (ARB).
PTPP menjadi yang paling anjlok di antara yang lainnya, yakni 6,91% ke Rp 1.280/saham dengan nilai transaksi Rp 52,8 miliar.
Selain keempat saham BUMN Karya di atas, empat saham BUMN karya beserta anak usahanya juga ambrol hari ini.
Saham anak usaha WIKA, Wijaya Karya Beton (WTON), misalnya, anjlok sampai ARB sebesar 6,88% ke Rp 298/saham.
Selain itu, Adhi Karya (ADHI) juga menyentuh ARB 6,70% ke Rp 1.045/saham dan Jasa Marga (JSMR) terkoreksi 0,48% ke Rp 4.110/saham.
Amblesnya saham-saham tersebut hari ini terjadi pasca-eks Menteri BUMN Dahlan Iskan berkomentar mengenai kinerja sejumlah BUMN Karya yang tak memuaskan, di tengah gencarnya proyek infrastruktur.
Dalam artikelnya Haus Kerongkongan, Dahlan Iskan meyakini ramalan para ekonom mengenai ketahanan BUMN Infrastruktur tinggal menunggu waktu akan terjadi. Posisi BUMN Karya digambarkan akan sulit atau sulit sekali.
Sektor konstruksi memang menjadi salah satu sektor yang paling terdampak oleh pandemi Covid-19. Proyek-proyek konstruksi terpaksa mangkrak ketika Indonesia pertama kali kedatangan tamu tak diundang dari Wuhan, China.
Mangkraknya proyek ini tentu saja menyebabkan sektor konstruksi yang padat modal merugi parah akibat arus kas yang macet. Sementara beban keuangan yang jumbo akibat hutang usaha yang besar harus tetap dibayar.
Hal ini tentu saja tercermin dari laporan keuangan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Karya di tahun 2020 yang kinerjanya sangat tidak memuaskan. Beberapa BUMN Karya laba bersihnya terpaksa terpangkas hingga 90%.
Di samping saham emiten BUMN Karya, saham emiten produsen tekstil SRIL juga menjadi top losers hari ini, setelah terjun 6,86% ke Rp 190/saham. Nilai transaksi saham SRIL sebesar Rp 29,1 miliar hari ini.
Menurut laporan keuangan yang terbit pada Kamis (1/4), sepanjang 2020, SRIL mengalami penurunan laba bersih sebesar 2,65% secara tahunan (year on year/YoY).
Laba bersih yang tercatat dalam laporan keuangan 2020 sebesar Rp US$ 85,32 juta (Rp 1,19 triliun, asumsi kurs Rp 14.000/US$) dari sebelumnya US$ 87,65 juta di akhir 2019.
Penurunan laba bersih ini terjadi di tengah kenaikan pendapatan perusahaan. Tercatat pertumbuhan pendapatan sebesar 8,52% YoY menjadi US$ 1,28 miliar (Rp 17,95 triliun) di akhir Desember 2020, dari US$ 1,18 miliar di akhir periode yang sama tahun sebelumnya.
Sejalan dengan naiknya pendapatan perusahaan, beban pokok penjualan juga naik menjadi US$ 1,05 miliar dari sebelumnya US$ 946,58 juta.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500
