Welcome April! Ini 10 Saham Favorit 'Bandar Besar' di Maret

tahir saleh, CNBC Indonesia
01 April 2021 06:40
Aksi Panggung God Bless Tutup Perdagangan Bursa di Bulan Januari 2018
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - April sudah tiba. Investor punya harapan baru untuk berinvestasi saham di bulan yang baru ini setelah sepanjang Maret lalu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 5,88% sebulan. 

Data BEI mencatat, pada perdagangan terakhir di Maret, Rabu kemarin (31/3/2021), IHSG ditutup ambrol 1,42% meninggalkan level 6.000 ke posisi 5.985,52. IHSG bahkan sempat ambruk ke level terendah harian 5.892.

Pada perdagangan terakhir kemarin, ada 118 saham naik, 396 saham merosot dan 120 saham stagnan, dengan nilai transaksi mencapai Rp 12,14 triliun dan volume perdagangan mencapai 14,37 miliar saham.

Investor asing pasar saham ramai-ramai keluar dari Indonesia dengan catatan jual bersih asing mencapai Rp 1,03 triliun di pasar reguler. Sementara, asing mencatatkan jual bersih di pasar negosiasi dan pasar tunai sebesar Rp 77,10 miliar.

Dengan demikian, IHSG ambles sepekan minus 2,77%, sebulan ambruk 5,88% dan year to date naik tipis 0,11%. Sebulan, asing keluar dari pasar saham RI mencapai Rp 2,80 triliun di pasar reguler.

Simak saham-saham favorit asing dalam sebulan terakhir, favorit dibeli dan dilepas investor asing.

5 Top Foreign Buy (1 Bulan, Maret) Pasar Reguler

1. Bank Mandiri (BMRI), net buy Rp 580 M, saham -6,82% Rp 6.150

2. Telkom Indonesia (TLKM), Rp 450 M, saham -1,16% Rp 3.420

3. Kalbe Farma (KLBF), Rp 342 M, saham +1,29% Rp 1.570

4. Japfa (JPFA), Rp 248 M, saham +21,52% Rp 1.920

5. Indah Kiat (INKP), Rp 200 M, saham -21,13% Rp 10.450

5 Top Foreign Sell (1 Bulan, Maret) Pasar Reguler

1. Bank Central Asia (BBCA), Net sell Rp 2,4 T, saham -11,40% Rp 31.075

2. Astra International (ASII), Rp 720 M, saham -5,38% Rp 5.275

3. Vale Indonesia (INCO), Rp 378 M, saham -25,45% Rp 4.380

4. Charoen Pokphand (CPIN), Rp 326 M, saham +11,11 Rp 7.000

5. Merdeka Copper (MDKA), Rp 176 M, saham -19,48% Rp 2.150

Pada perdagangan Rabu kemarin, saham Bank Mandiri, yang paling banyak dibeli asing dalam sebulan, ditutup minus 2,77% di level Rp 6.150/saham dengan nilai transaksi Rp 492 miliar. Kapitalisasinya mencapai Rp 287 triliun.

Sementara itu saham Telkom Indonesia, yang berada di posisi kedua net buy terbesar sebulan, ditutup naik 1,18% di level Rp 3.420/saham. Nilai transaksinya mencapai Rp 455 miliar, dengan kapitalisasi pasar Rp 339 triliun.

Adapun BCA yang paling banyak dilepas asing, sahamnya ditutup terkoreksi 2,18% di Rp 31.075/saham dengan nilai transaksi Rp 1,39 triliun, dengan kapitalisasi pasar Rp 766 triliun.

NEXT: Emiten Big Cap Masih Oke?

Di sisi lain, satu saham lagi yang ramai dilepas asing selama Maret yakni Astra International. Saham kemarin ditutup koreksi 2,31% di level Rp 5.275/saham dengan nilai transaksi Rp 476 miliar. Kapitalisasi pasar perusahaan mencapai Rp 214 triliun.

Menanggapi turunnya saham-saham big cap alias saham dengan kapitalisasi pasar di atas Rp 100 triliun, Head of Research PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Hariyanto Wijaya mengatakan dilihat secara garis besar, saham yang megalami penurunan adalah sektor konsumer big cap.

Adapun salah satunya yakni ASII juga menjadi saham yang mengalami penurunan. Hal ini karena adanya perusahaan ride hailing seperti Gojek dan Grab yang membuat daya beli kendaraan roda empat dan roda dua menurun.

"Dulu 10 tahun yang lalu, mau transport keinginan membeli mobil atau motor. Dengan ada ride hailing tak berkeinginan setinggi zaman dulu," pungkasnya dalam program InvesTime.

Sementara itu, profesional trader Linda Lee menilai saham blue chip atau saham papan atas, kendati turun saat ini, lebih bisa menjadi andalan di tengah situasi yang tak pasti ini.

Pasalnya, meski ada penurunan, namun peluang untuk kembali rebound naik terbuka lebar karena kualitas dari perusahaan tersebut yang dikenal baik.

Berbeda dengan saham second liner (lapis kedua) atau third liner (lapis ketiga) yang kualitasnya dinilai di bawah saham blue chip.

"Karena pegang third liner dan money management amburadul, entar engga bisa makan, hidupnya engga enak juga, udah IHSG turun, pandemi. Jadi saya pilihnya yang gampang-gampang aja pegang [saham] blue chip, Kalau pegang merah pun turun tetap tenang. Tahun lalu blue chip jatuh dalam pun akan bangkit lagi," katanya dalam program Investime.

"Bank-bank kecil lagi lari, tapi bank gede ada masanya lari, jadi kita perlu tenang kalau pengen nyicip yang kecil nyicip aja gitu, kalau emang mau. Kalau engga mau cenderung bank gede ngga salah juga. Yang penting kita pegang fundamentalnya bagus, banknya masih ada, masih ramai dan menghasilkan profit, ya udah nanti ada gilirannya kok (naik lagi)," sebut Linda.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular