
Nahas! Sejak Januari, Saham SMGR dkk Babak Belur Masbro

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebanyak empat saham emiten semen serentak anjlok pada perdagangan kemarin, Selasa (30/3/2021). Tidak hanya secara harian, dalam sebulan dan secara year to date (YTD) saham emiten-emiten semen juga mencatatkan rapor merah.
Selain itu, salah satu dari keempat saham tersebut malah 'babak belur' usai pengumuman pembagian dividen perusahaan.
Berikut gerak harga saham emiten semen dalam harian hingga YTD, dengan mengacu data Bursa Efek Indonesia (BEI) per Selasa (30/3).
Semen Baturaja (SMBR)
Bila menilik tabel di atas, saham SMBR tercatat menjadi yang paling ambles, baik secara harian, sebulan, maupun YTD.
Saham emiten yang berdiri pada 1974 ini anjlok 5,65% ke posisi Rp 835/saham pada perdagangan kemarin, Selasa (30/3).
Praktis, dengan pelemahan tersebut, dalam sepekan saham SMBR baru sekali ditutup di zona hijau, yakni pada Jumat lalu (26/3), dengan menguat 3,51% ke Rp 885/saham. Alhasil, saham produsen semen Portland Composite Cement (PCC) ini merosot 10,70% dalam seminggu terakhir.
Selain itu, dalam sebulan saham emiten semen BUMN ini juga anjlok 19,71%, sementara secara YTD sudah terjun bebas 21,60%.
Kinerja keuangan perusahaan per kuartal III tahun lalu pun masih tertekan. Emiten semen yang tak masuk dalam Holding BUMN Semen ini selalu membukukan rugi bersih dalam 3 kuartal beruntun pada 2020.
SMBR membukukan rugi bersih sebesar Rp 112,60 miliar pada 9 bulan pertama tahun lalu, berbalik arah dari periode yang sama tahun lalu yang mencetak laba bersih Rp 22,72 miliar.
Pada Juni 2020, SMBR juga rugi Rp137,62 miliar, sementara di kuartal I-2020 atau per Maret lalu, perusahaan ini juga rugi Rp 64,17 miliar.
Kabar terbaru, pada bulan lalu, SMBR mendapatkan fasilitas pinjaman sindikasi senilai Rp 1,7 triliun dari tujuh bank dengan tingkat bunga 9,45% per tahun. Pinjaman ini oleh perusahaan akan digunakan untuk melakukan pembiayaan kembali (refinancing) utang dan modal kerja perusahaan.
Berdasarkan keterbukaan informasi yang dirilis perusahaan, pinjaman sindikasi ini secara rinci akan digunakan untuk refinancing utang perusahaan yang digunakan untuk membangun Pabrik Baturaja II.
Utang tersebut berupa pinjaman sindikasi dan surat utang jangka menengah (medium term notes/MTN).
Selain itu sisa dana ini akan digunakan untuk modal kerja dan operasional perusahaan untuk jangka pendek.
NEXT: Nasib Saham Semen Indonesia
Tidak hanya SMBR, saham emiten holding BUMN Semen, Semen Indonesia alias SMGR pun ambles sebesar 2,47% ke Rp 10.875/saham pada perdagangan kemarin. Pelemahan tersebut diwarnai aksi beli bersih oleh asing sebesar Rp 2,78 miliar.
Dengan koreksi kemarin, saham emiten yang sebelumnya bernama Semen Gresik ini sudah melorot 4,40% dalam sepekan. Sementara, dalam sebulan saham ini masih tumbuh 1,87%.
Namun, apabila dilihat secara YTD, saham perusahaan yang pada awal tahun lalu berubah logo menjadi SIG ini sudah anjlok 12,47%.
Pelemahan saham SMGR pada kemarin (30/3) terjadi setelah perusahaan mengumumkan bakal menebar dividen senilai Rp 1,16 triliun kepada para pemegang saham.
Sebelumnya, pada Senin (29/3), pihak manajemen mengumumkan akan membagikan dividen senilai Rp 1,16 triliun kepada pemegang sahamnya atas kinerja perusahaan di tahun lalu.
Nilai tersebut merupakan 40% dari total laba bersih yang dikantongi perusahaan sepanjang tahun lalu. Nantinya, para pemegang saham akan menerima sebanyak Rp 188,3/saham.
Sejalan dengan itu, Komisaris Utama Semen Indonesia Rudiantara mengatakan kinerja perusahaan di tahun ini penjualan mengalami penurunan akibat pandemi COVID-19.
Upaya yang dijalankan perusahaan di tahun lalu untuk menekan biaya perusahaan akan dilanjutkan di tahun ini.
Adapun SMGR mencatat laba bersih tahun 2020 sebesar Rp 2,79 triliun, atau naik 16,72% dari torehan laba bersih tahun sebelumnya yang mencapai Rp 2,39 triliun.
Kenaikan laba bersih ini terjadi ketika perusahaan mengalami penurunan pendapatan sebesar 12,87% YoY menjadi senilai Rp 35,17 triliun pada akhir tahun lalu.
Mengenai rencana bisnis perusahaan, SMGR berencana membuka pasar ekspor baru ke Amerika Utara pada tahun ini. Ditargetkan volume ekspor ke wilayah tersebut bisa mencapai 500 ribu-1 juta ton sepanjang tahun.
Dalam konferensi pers virtual pada Senin (29/3), Direktur Utama Semen Indonesia Hendi Prio Santoso mengatakan, ekspor ini sejalan dengan dimulainya kerja sama antara perusahaan dengan Taiheiyo Cement Corporation (TCC).
Adapun sejak tahun lalu mendorong ekspor memang menjadi salah satu upaya perusahaan untuk menggenjot penjualan. Hal ini disebabkan karena turunnya penjualan semen di dalam negeri, baik di sisi semen curah sebesar 27% sepanjang tahun dan ritel turun hingga 13%.
Sepanjang tahun 2020, perusahaan melakukan pembukaan pasar ekspor baru ke Kepulauan Fiji, intensifikasi pasar di Australia dan Bangladesh. Selain itu, SMGR juga peningkatan penjualan di kawasan China selatan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jualan Semen Loyo, Laba Semen Indonesia Q3 Drop Jadi Rp 1,4 T
