
Antiklimaks! Saham Nikel Drop, IHSG Babak Belur Dekati 6.100

Jakarta, CNBC Indonesia - Sempat menguat pada perdagangan sesi I, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya tidak dapat bertahan di zona hijau dan melemah pada penutupan perdagangan Senin (29/3/2021).
Indeks bursa saham acuan nasional tersebut melemah 0,46% ke level 6.166,82 pada hari ini.
Data perdagangan mencatat sebanyak 204 saham menguat, 287 melemah dan 144 lainnya stagnan. Nilai transaksi hari ini mencapai Rp 10,4 triliun
Tercatat investor asing melakukan aksi jual bersih (net sell) di pasar reguler sebesar Rp 39,2 miliar. Namun di pasar tunai dan negosiasi, asing tercatat membeli bersih sebesar Rp 84,9 miliar.
Ternyata, pelemahan IHSG disebabkan oleh asing yang masih melakukan penjualan bersih (net sell) di saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar Rp 126 miliar.
Selain di saham BBCA, asing juga tercatat menjual saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) sebesar Rp 31 miliar.
Sedangkan beli bersih dilakukan asing di saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang dikoleksi sebesar Rp 90 miliar dan di PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sebesar Rp 35 miliar.
Selain karena asing masih menjual saham BBCA, pelemahan saham-saham nikel juga menjadi penghambat IHSG untuk bertahan di zona hijau dan akhirnya melemah pada penutupan perdagangan hari ini.
Saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan saham PT Timah Tbk (TINS) menjadi saham nikel yang pelemahannya paling parah dibandingkan dengan saham nikel lainnya. Bahkan, saham ANTM terkena level auto rejection bawah-nya (ARB) pada hari ini.
Saham ANTM ditutup ambles hingga 7% ke posisi Rp 2.260/unit, sedangkan saham TINS ambrol 6,29% ke Rp 1.640/unit.
Pelaku pasar cenderung merealisasikan keuntungan di saham nikel, setelah terkonfirmasi berita pembentukan perusahaan induk (holding) baterai pada akhir pekan lalu, yakni Indonesia Battery Corporation (IBC).
Pekan ini, pasar mencermati rilis data indeks manajer pembelian (Purchasing Manager' Index/PMI) manufaktur versi Markit periode Maret 2021 yang akan dirilis pada Kamis (1/4/2021).
Konsensus Reuters dan Trading Economics memperkirakan PMI manufaktur RI pada Maret melanjutkan ekspansi ke angka 52 dari angka bulan sebelumnya pada 50,9.
PMI menggunakan angka 50 sebagai titik awal. Jika di atas 50 maka dunia usaha terindikasi masih melakukan ekspansi. Selain PMI manufaktur, data ekonomi yang akan dirilis pekan ini adalah data inflasi periode Maret 2021.
Bank Indonesia (BI) memperkirakan inflasi Maret 2021 sebesar 0,08% secara bulanan (month on month/mom). Adapun secara tahun kalender, inflasi RI sebesar 0,44% dan secara tahunan (year-on-year/yoy) sebesar 1,36%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500