Pascajeblok 1,3%, Dolar Australia Kembali ke Atas Rp 11.000

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
29 March 2021 12:11
An Australia Dollar note is seen in this illustration photo June 1, 2017. REUTERS/Thomas White/Illustration
Foto: Dolar Australia (REUTERS/Thomas White)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia naik lagi pada perdagangan Senin (29/3/2021), setelah jeblok 1,3% pada pekan lalu. Harga komoditas yang mulai menanjak, membuat dolar Australia kembali ke atas Rp 11.000/US$.

Pada pukul 11:41 WIB, AU$ 1 setara Rp 11.011,53, dolar Australia menguat tipis 0,09% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Dolar Australia merupakan salah satu mata uang yang pergerakannya memiliki korelasi positif yang kuat dengan harga komoditas. Sebab pendapatan negara Australia sangat besar dari ekspor komoditas.

Ekspor utama Australia yakni bijih besi, berkontribusi sekitar 15% dari total ekspor, sehingga ketika harganya yang melesat tentunya akan meningkatkan pendapatan ekspor.

Di awal pekan lalu, harga bijih besi ini merosot 4,38%, sehari setelahnya anjlok lagi 4,54%. Tetapi setelahnya, harga bijih besi perlahan kembali naik. Dolar Australia pun berhasil bangkit.

Sebelum tertekan akibat merosotnya harga komoditas, dolar Australia pada pekan lalu mencapai level tertinggi nyaris 7 tahun terakhir doi Rp 11.300/US$, didukung data yang menunjukkan pemulihan ekonomi Australia yang lebih baik dari prediksi.

Biro Statistik Australia pada pekan lalu melaporkan tingkat pengangguran di bulan Februari turun tajam menjadi 5,8% dari bulan sebelumnya 6,3%. Level tersebut merupakan yang terendah sejak Maret 2020.

Selain itu, sepanjang bulan Februari, perekonomian Australia menyerap 88.700 tenaga kerja, jauh lebih besar ketimbang bulan sebelumnya 29.500 tenaga kerja.

National Australia Bank (NAB) dalam proyeksi terbarunya menaikkan perkiraan pertumbuhan ekonomi Negeri Kanguru menjadi 5% di tahun ini.

"Kami merevisi perkiraan produk domestik bruto (PDB) tahun 2021 menjadi 5% dari sebelumnya 4,5%, dan untuk tahun 2022 sebesar 3,9%," kata ekonom Tonu Kelly, ekonom NAB sebagaimana dilansir ABC, Rabu (24/2/2021).

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sedang Tak Berharga, Dolar Makin Banyak 'Dibuang'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular