Analisis

Duh! WSKT-WIKA Babak Belur, Masih Ada Harapan Gak Sahamnya?

Tim Riset CNBC Indonesia, CNBC Indonesia
29 March 2021 12:23
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Foto: Layar monitor menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan saham. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sektor konstruksi memang menjadi salah satu sektor yang paling terdampak oleh pandemi Covid-19. Proyek-proyek konstruksi terpaksa mangkrak ketika Indonesia pertama kali kedatangan 'tamu' tak diundang dari Wuhan, China.

Mangkraknya proyek ini tentu saja menyebabkan sektor konstruksi yang padat modal merugi parah akibat arus kas yang macet. Sementara beban keuangan yang jumbo akibat hutang usaha yang besar harus tetap dibayar.

Meskipun demikian ada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Karya yang kerugianya amat parah apabila dibandingkan dengan BUMN Karya lain. Adalah PT Waskita Karya Tbk (WSKT) yang pada tahun 2020 terpaksa membukukan rugi bersih Rp 7,38 triliun.

Rugi bersih yang amat masif ini menyapu bersih seluruh laba ditahan WSKT yang sudah dikumpulkan sejak perseroan pertama kali berdiri pada tahun 1973 sehingga ekuitas WSKT saat ini hanya tersisa Rp 7,53 triliun, lenyap lebih dari separuh tepatnya 57,88% dari posisi tahun lalu Rp 17,88 triliun.

Parahnya rugi bersih WSKT disebabkan oleh perseroan yang terpaksa membukukan rugi bruto sebesar Rp 1,97 triliun. Rugi bruto sendiri merupakan hal yang sangat tabu di dunia bisnis karena rugi bruto terjadi jika pendapatan usaha alias omset bahkan tidak dapat menutupi beban pokok pendapatan.

Perseroan yang mengalami rugi bruto, rugi bersihnya kemungkinan akan membengkak karena bahkan sebelum membayar beban penjualan, beban umum dan administrasi, dan beban pajak saja perseroan sudah rugi karena tak mampu menutupi beban pokok.

Anehnya, di kala pandemi ini beban umum dan administrasi malah melonjak dari Rp 1,31 triliun menjadi Rp 1,65 triliun dan beban lain-lain yang meroket dari hanya Rp 197 miliar saja tiba-tiba naik menjadi Rp 1,38 triliun.

Gawatnya lagi, beban keuangan WSKT juga melesat dari Rp 3,62 triliun menjadi Rp 4,74 triliun.

Beban lain-lain WSKT melesat akibat kemunculan pos baru yakni beban selisih revaluasi aset tetap yakni sebesar Rp 474 miliar. Selain itu beban lain-lain di pos 'lain-lain' juga turut melesat dari Rp 51 miliar menjadi Rp Rp 310 miliar.

Sejatinya tak hanya WSKT yang merugi, akan tetapi anak usahanya juga terpantau membukukan rugi bersih parah yang tentu saja memberatkan entitas induk.

Catat saja PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) tercatat mencetak rugi bersih Rp 4,75 triliun dan PT Waskita Toll Road yang merugi Rp 965 miliar.

Manajemen WSKT menyatakan pandemi Covid-19 memang berpengaruh signifikan terhadap bisnis dan kelangsungan usaha perusahaan.

"Sebagai bagian dari usaha berkesinambungan untuk menghadapi dan mengelola kondisi tersebut, kami mengambil langkah-langkah yang telah dan akan dilaksanakan secara berkesinambungan," tulis manajemen WSKT, dalam penjelasan di laporan keuangan.

NEXT: Nasib WIKA

Berbeda dengan WSKT, saudaranya sesama BUMN Karya PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) masih mampu membukukan untung bersih di tahun 2020 sebesar Rp 50 miliar.

Akan tetapi sejatinya WIKA bisa membukukan laba bersih bukan karena operasional perusahaan akan tetapi karena pendapatan lain-lain yang naik dari Rp 1,18 triliun menjadi Rp 3,06 triliun. Pendapatan lain-lain ini utamanya didapatkan dari pemulihan penurunan nilai yang bersifat one-off sebesar Rp 2,37 triliun.

Meskipun demikian pemulihan penurunan nilai ini tidak didapatkan WIKA dalam bentuk uang kas akan tetapi sebagian besar melalui konversi piutang usaha milik WIKA Realty menjadi penyertaan saham di PT Jakarta River City, PT Makassar Coastal City alias debt to equity swap.

Aksi debt to equity swap biasanya merugikan perusahaan sebab biasanya perseroan terpaksa menukar piutangnya dengan saham perusahaan yang kinerjanya dipertanyakan (karena tidak mampu membayar hutang) di harga tinggi.

Meskipun demikian sejatinya kondisi WIKA masih jauh lebih baik daripada saudaranya WSKT karena WIKA masih mampu membukukan laba kotor Rp 1,52 triliun di mana pendapatan perusahaan masih mampu menutupi beban pokok pendapatan

Buruknya kinerja keuangan kedua saham juga tercermin dari harga saham WSKT dan WIKA yang terus ambruk selama sebulan terakhir hingga akhir pekan lalu, Jumat (26/3). Tercatat WSKT terkoreksi 9,09% sebulan terakhir sedangkan WIKA amruk 11,02% dalam periode yang sama.

Investor asing juga terpantau kabur dari kedua saham ini dalam sebulan terakhir. Tercatat asing melego bersih saham WSKT sebanyak Rp 8 miliar sedangkan WIKA dilepas asing sebanyak Rp 22 miliar.

Mengacu data terbaru BEI jelang penutupan sesi I, saham WIKA minus 0,93% di level Rp 1.600/saham dan 5 tahun terakhir ambles 38%, sementara WSKT jatuh 3,33% di level Rp 1.305.saham dengan koreksi 5 tahun mencapai 22,32%.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular