Selamat! ANTM-INCO Jawara, tapi Saham Grup Bakrie Nyungsep

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil kembali menguat di akhir pekan, setelah 4 hari berkubang di zona merah. IHSG melesat 1,19% ke posisi 6.195,56 pada penutupan sesi II perdagangan, Jumat (26/3/2021).
Menurut data BEI, ada 348 saham naik, 143 saham merosot dan 137 saham stagnan, dengan nilai transaksi mencapai Rp 10,76 triliun dan volume perdagangan mencapai 13,74 miliar saham.
Investor asing pasar saham masuk ke Indonesia dengan catatan beli bersih asing mencapai Rp 89,94 miliar di pasar reguler. Sementara, asing mencatatkan beli bersih di pasar negosiasi dan pasar tunai sebesar Rp 197,89 miliar.
Berikut 5 saham top gainers dan losers sesi II hari ini (26/3).
Top Gainers
Surya Esa Perkasa (ESSA), saham +11,52%, ke Rp 368, transaksi Rp 80,3 M
Aneka Tambang (ANTM), +11,47%, ke Rp 2.430, transaksi Rp 1,5 T
Adi Sarana Armada (ASSA), +8,41%, ke Rp 1.740, transaksi Rp 59,9 M
Vale Indonesia (INCO), +7,34%, ke Rp 4.680, transaksi Rp 367,8 M
Centratama Telekomunikasi Indonesia (CENT), +5,60%, ke Rp 264, transaksi Rp 28,4 M
Top Losers
Berkah Beton Sadaya (BEBS), saham -6,67%, ke Rp 560, transaksi Rp 30,5 M
Diagnos Laboratorium Utama (DGNS), -6,54%, ke Rp 715, transaksi Rp 53,5 M
Intermedia Capital (MDIA), -5,71%, ke Rp 66, transaksi Rp 5,8 M
Visi Media Asia (VIVA), -3,64%, ke Rp 53, transaksi Rp 6,1 M
Delta Dunia Makmur (DOID), -3,57%, ke Rp 432, transaksi Rp 117,1 M
Menurut daftar di atas, saham emiten distributor LPG milik pengusaha TP Rachmat ESSA berhasil ditutup sebagai pemuncak top gainers, dengan melejit 11,52% ke Rp 368/saham. Nilai transaksi ESSA sebesar Rp 80,3 miliar.
Dengan demikian, saham ESSA sudah menguat selama tiga hari beruntun, setelah dua hari sebelumnya terbenam di zona merah pada pekan ini.
Selain ESSA, duo emiten nikel ANTM dan INCO juga berhasil berada di jajaran top gainers pada sesi II hari ini.
ANTM melesat 11,47% ke posisi Rp 2.430/saham. Nilai transaksi saham ANTM sebesar Rp 1,5 triliun. Adapun asing tercatat melakukan beli bersih Rp 3,86 miliar.
Sementara, saham INCO ikut terdongkrak 7,34% ke Rp 4.680/saham pada sesi II hari ini. Nilai transaksi saham perusahaan yang berdiri sejak 1968 ini sebesar Rp 367,8 miliar. Kenaikan saham INCO diwarnai aksi beli bersih oleh asing sebesar Rp 48 miliar.
Kenaikan kedua saham nikel tersebut didorong oleh kabar baik dari perkembangan seputar investasi pembentukan Indonesia Battery Corporation (IBC) dan rencana Tesla ke Indonesia. Asal tahu saja, nikel merupakan salah satu bahan baku dalam produksi baterai kendaraan listrik.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Maritim dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan kembali menyebut rencana produsen mobil listrik Tesla Inc untuk berinvestasi di Indonesia. Rencana investasi Tesla ini terkait dengan hilirisasi nikel terutama menjadi baterai.
"Hilirisasi nikel kerjasama pertambangan hingga hilir termasuk dengan Tesla kita ada progress, Saya kira gak terlalu lama kita akan dengar progress baik dengan Tesla," ujar Luhut dalam CNBC Indonesia Mining Forum dengan Tema "Prospek Industri Minerba 2021", Rabu (24/3).
Selain Tesla, beberapa perusahaan internasional telah masuk ke Indonesia dalam rangka pembuatan baterai. Perusahaan tersebut antara lain LG Chem dan CATL. Sementara, beberapa perusahaan telah masuk dalam industri smelter Nikel yang menjadi bahan baku baterai.
Selain kabar baik dari Tesla, pengumuman holding perusahaan baterai di Indonesia juga menjadi sentimen positif bagi saham nikel hari ini.
Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) segera mengumumkan pendirian Indonesia Battery Holding (IBH) yang bernama lengkap Indonesia Battery Corporation (IBC).
Di sisi lain, berbeda dengan saham-saham di atas, dua emiten milik Grup Bakrie, MDIA dan VIVA, malah terjerumus ke zona merah sebagai top losers.
Saham MDIA anjlok 5,71% ke Rp 66/saham. Nilai transaksi saham ini sebesar Rp 5,8 miliar.
Selama sepekan saham MDIA hanya menghijau satu kali, yakni pada perdagangan kemarin (25/3) sebesar 9,38%. Praktis, saham ini sudah anjlok 15,38% dalam selama seminggu terakhir.
Setali tiga uang, sang induk VIVA juga anjlok 3,64% ke Rp 53/saham dengan nilai transaksi Rp 6,1 miliar. Penurunan saham VIVA dibayangi aksi jual bersih asing sebesar Rp 2,15 miliar.
Dengan ini, saham VIVA sudah jeblok selama tujuh hari berturut-turut, atau sejak 18 Maret minggu lalu. Adapun selama sepekan saham VIVA ambles 22,06%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Punya Saham Ini? Tak Perlu Pusing Lihat Tiket Mudik Selangit