Mager di Rp 14.420/US$, Ada Harapan Rupiah akan Menguat

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
26 March 2021 12:54
Ilustrasi Dollar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Dollar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah stagnan melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga pertengahan perdagangan Jumat (26/3/2021). Ada kabar baik dan buruk di bagi rupiah yang membuatnya stagnan alias malas gerak (mager). Tetapi, ada sinyal rupiah bisa menguat di sisa perdagangan hari ini.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di Rp 14.420/US$. Rupiah sempat melemah 0,17% ke Rp 14.445/US$, tetapi setelahnya kembali stagnan Rp 14.420/US$.

Sinyal rupiah berpeluang menguat terlihat dari pergerakannya di pasar non-deliverable forward (NDF) yang lebih kuat siang ini ketimbang beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan pagi tadi.

PeriodeKurs Pukul 8:54 WIBKurs Pukul 11:54 WIB
1 PekanRp14.427,50Rp14.394,6
1 BulanRp14.484,00Rp14.451,5
2 BulanRp14.534,50Rp14.499,2
3 BulanRp14.592,00Rp14.560,9
6 BulanRp14.764,00Rp14.722,5
9 BulanRp14.931,00Rp14.885,9
1 TahunRp15.084,00Rp15.055,9
2 TahunRp15.784,00Rp15.775,0

NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.

Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.

Dolar AS memang sedang kuat akibat ekspektasi pemulihan ekonomi Negeri Paman Sam di tahun ini.

Ketua bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed, Jerome Powell, melakukan rapat kerja dengan Kongres AS dalam 2 hari terakhir. Powell pada kesempatan kali ini menyebut perekonomian AS akan sangat kuat di tahun 2021.

"(Perekonomian AS) akan sangat-sangat kuat pada tahun ini. Kemungkinan besar seperti itu," tegas Powell menjawab pertanyaan tentang prospek ekonomi Negeri Paman Sam, Rabu (25/3/2021).

Pulihnya perekonomian AS bisa menjadi kabar baik sekaligus kabar buruk juga. Kabar baiknya, ketika negara dengan nilai perekonomian terbesar di dunia ini pulih, negara-negara lainnya juga akan terkerek bangkit. Sebab roda bisnis akan berputar lebih cepat, ekspor ke Negeri Paman Sam akan meningkat.

Tetapi kabar buruknya, ada risiko terjadinya capital outflow dari negara-negara emerging market menuju Amerika Serikat. Sehingga mata uang emerging market seperti rupiah mengalami tekanan.

Sementara pada perdagangan hari ini, Jumat (26/3/2021) rupiah mendapat kabar baik tetapi ada juga kabar buruk. Kabar datang dari sentimen pelaku pasar yang membaik. Hal tersebut terindikasi dari penguatan bursa saham Eropa dan Wall Street pada perdagangan Kamis waktu setempat, dan disusul bursa Asia pagi ini.

Kabar buruknya yield obligasi (Treasury) dan indeks dolar AS sedang menanjak lagi pada hari ini. Indeks dolar AS bahkan mencapai level tertinggi 4 bulan, dan pagi ini naik 0,27%.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sedang Tak Berharga, Dolar Makin Banyak 'Dibuang'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular