Bunga Kredit Filipina 6% & India 8%, Indonesia? Maaf Masih 9%

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
26 March 2021 11:56
Ilustrasi Koin Rupiah
Ilustrasi Koin Rupiah (AP/Binsar Bakkara)

Perbankan adalah 'nadi' perekonomian nasional. Pembiayaan perbankan melalui kredit adalah 'darah' yang membuat ekonomi tetap hidup dan bergerak.

Jadi saat penyaluran kredit lesu, maka otomatis ekonomi pun kurang darah. Lemah,letih, lunglai. Mungkin kelesuan kredit perbankan ini yang membuat Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan, memperkirakan ekonomi Indonesia masih mengalami kontraksi pada kuartal I-2021.

"Untuk kuartal I-2021, kami di Kementerian Keuangan memperkirakan dalam kisaran -1% yang terdalam hingga -0,1%. Kita berharap di zona netral, mendekati -0,1%," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita edisi Maret 2021, Selasa (23/3/2021).

Untuk memacu pertumbuhan kredit, perbankan didesak untuk segera menurunkan suku bunga. Harus diakui, suku bunga kredit di Indonesia masih tinggi dibandingkan sejumlah negara lain.

Di level Asia, membandingkan dengan Singapura, Malaysia, atau bahkan Thailand rasanya kurang adil. Sepertinya komparasi dengan Filipina lebih pas karena negara yang dipimpin Presiden Rodrigo Duterte ini adalah negara kepulauan dengan Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita di kisaran US$ 3.000, mirip dengan Indonesia.

Data SBDK atau Prime Lending Rate yang dirilis bank sentral Filipina (BSP) adalah pada Desember 2019. Saat itu rata-rata SBDK adalah 6,54%, lumayan jauh di bawah Indonesia.

Dibandingkan India, suku bunga kredit di Indonesia juga lebih tinggi. Rata-rata SBDK di lima bank terbesar India pada Februari 2021 adalah 8,05%.

Jadi memang sudah saatnya suku bunga kredit perbankan di Indonesia turun lebih agresif lagi. Ketika suku bunga kredit rendah, maka dunia usaha dan rumah tangga akan terpancing untuk melakukan ekspansi. Investasi dan konsumsi tumbuh, PDB pun terangkat.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular