
Rupiah Diteror dari Segala Penjuru, Termasuk Dolar Singapura

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura menguat tajam melawan rupiah pada perdagangan Rabu (24/3/2021). Memburuknya sentimen pelaku pasar membuat rupiah tertekan.
Pada pukul 11:20 WIB, SG$ 1 setara Rp 10.729,68, dolar Singapura menguat 0,28% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Rupiah merupakan aset emerging market yang dianggap lebih berisiko ketimbang mata uang negara maju. Sehingga ketika sentimen pelaku pasar memburuk, rupiah akan tertekan.
Sejak Selasa kemarin, bursa saham global berguguran yang menjadi indikasi memburuknya sentimen pelaku pasar. Hal itu terjadi akibat kembali meningkatnya kasus penyakit virus corona (Covid-19) secara global.
Per 23 Maret 2021, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan jumlah pasien positif corona di seluruh negara adalah 123.216.178 orang. Bertambah 223.334 orang dari hari sebelumnya.
Dalam 14 hari terakhir (10-23 Maret 2021), rata-rata penambahan pasien baru adalah 450.655 orang per hari. Jauh lebih tinggi dibandingkan rerata 14 hari sebelumnya yaitu 394.113 orang setiap harinya.
Sementara itu dari dalam negeri, kemarin Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, mengungkapkan bahwa ekonomi Indonesia pada kuartal I-2021 masih tumbuh negatif alias terkontraksi. Artinya, Indonesia masih mengalami resesi.
"Untuk kuartal I-2021, kami di Kementerian Keuangan memperkirakan dalam kisaran -1% yang terdalam hingga -0,1%. Kita berharap di zona netral, mendekati -0,1%," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita edisi Maret 2021, Selasa (23/3/2021).
Jika Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia kembali minus, maka kontraksi ekonomi akan terjadi selama empat kuartal beruntun.
Suatu negara dikatakan mengalami resesi ketika PDB mengalami kontraksi dua kuartal beruntun secara year-on-year.
Di sisi lain, Singapura diperkirakan akan lepas dari resesi di kuartal I-2021 setelah beberapa data ekonomi menunjukkan perbaikan. Ekspor non-migas terus meningkat, inflasi juga akhirnya tumbuh.
Singapura merupakan negara yang mengandalkan ekspor guna memutar roda perekonomiannya. Pada 2019, rasio ekspor terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Singapura adalah 104,91%. Singapura menjadi negara dengan rasio ekspor terhadap PDB terbesar di dunia. Artinya, ketika ekspornya mulai pulih, maka pertumbuhan ekonomi juga akan bangkit.
Dengan kenaikan ekspor di awal tahun ini, perekonomian Singapura diprediksi tumbuh secara YoY di kuartal I-2021. Artinya, Singapura akan lepas dari resesi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kurs Dolar Singapura Pagi Jeblok Siang Naik, Ini Penyebabnya!
