Ini 8 Kabar Penting Pagi Ini, Referensi Sebelum Berburu Cuan

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
24 March 2021 08:18
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sempat dibuka menguat di awal perdagangan, laju bursa saham domestik akhirnya berakhir di zona merah pada perdagangan Selasa kemarin (23/3/2021).

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,77% ke level 6.252,71 poin dengan nilai transaksi Rp 10,97 triliun dengan aksi jual pelaku pasar asing sebesar Rp 21,83 miliar.

Meski imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat menunjukkan penurunan, pelaku pasar asing tampaknya masih menghindari aset berisiko di negara berkembang. Investor fokus ke pasar obligasi AS.

Pada perdagangan hari ini, IHSG masih berpotensi mengalami koreksi dipicu koreksi di pasar saham Amerika Serikat (AS). Namun sebelum bertransaksi, cermati aksi dan peristiwa emiten berikut ini yang dihimpun dalam pemberitaan CNBC Indonesia sebelum memulai perdagangan Rabu ini (24/3/2021):

1. Induk SCTV Mau Private Placement Rp 9,2 T, Catat Jadwalnya

Induk perusahaan media SCTV, PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) atau Emtek, mengumumkan rencana Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD) atau private placement.

Dalam pengumuman yang disampaikan Direksi Emtek, jumlah saham baru yang akan diterbitkan dalam private placement ini sebanyak 4,75 miliar saham dengan nilai nominal Rp 20 per saham, dengan harga pelaksanaan Rp 1.954 per saham. Dengan demikian, dari private placement ini, EMTK bakal meraih dana segar sebesar Rp 9,29 triliun.

Jumlah ini mengalami penurunan dari rencana private placement yang semula disampaikan perseroan sebanyak 5,64 miliar saham. Terkait aksi korporasi ini, Emtek juga sudah mendapat persetujuan dari pemegang saham berdasarkan hasil Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) perseroan pada tanggal 18 Februari 2021, dalam rangka pelaksanaan Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD).

2. BNI Bakal Terbitkan Obligasi Subordinasi Rp 7 T

PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) berencana untuk menerbitkan obligasi subordinasi (subdebt) dengan nilai penerbitan hingga US$ 500 juta atau setara dengan Rp 7 triliun (asumsi kurs Rp 14.000/US$).

Obligasi ini digunakan untuk memenuhi ketentuan kecukupan modal berdasarkan ketentuan Basel III yang sejalan dengan langkah Basel Committee on Banking Supervision (BCBS).

Adapun penerbitan ini diketahui dari laporan Fitch Ratings yang mengomentari mengenai rencana penerbitan ini. Lembaga pemeringkat ini telah memberikan rating BB (EXP) untuk instrumen yang akan diterbitkan oleh Bank Negara Indonesia. Dana hasil penerbitan obligasi ini oleh BNI akan digunakan untuk tambahan pendanaan dan keperluan umum perusahaan.

3. Begini Ending PKPU Sentul City, Siapa yang Menang?

Emiten properti PT Sentul City Tbk (BKSL), mengumumkan berakhirnya Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU).

Menurut Presiden Direktur Sentul City, Tjetje Muljanto berakhirnya PKPU tersebut lantaran majelis hakim Pengadilan Niaga Jakarta Pusat telah mengesahkan perjanjian perdamaian 9 Maret 2021 yang telah ditandatangani oleh Debitor PKPU, Tim Pengurus dan Hakim Pengawas.

Poin putusan PN Jakarta Pusat tersebut menghukum debitor PKPU dan para kreditornya untuk tunduk dan melaksanakan isi perjanjian perdamaian tertanggal 9 Maret 2021.

"Menyatakan, penundaan kewajiban pembayaran utang dengan nomor perkara perkara 24/Pdt.sus-PKPU/2021/PN.Niaga.JKT.PST, demi hukum berakhir," kata Tjetje, dalam pengumumannya, Selasa (23/3/2021).

4. BNBR Private Placement 298 Juta Saham Baru

Emiten induk dari grup Bakrie, PT Bakrie and Brothers Tbk. (BNBR) akan melakukan Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD) atau private placement.

Berdasarkan keterangan perseroan di Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa ini (23/3/2021), penerbitan ini sejalan dengan penerbitan obligasi wajib konversi (OWK) dan atau saham biasa seri D yang telah disetujui para pemegang saham dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) BNBR pada 12 Juli 2017.

Emiten yang dipimpin oleh Anindya Bakrie ini akan menerbitkan sebanyak 297.811.781 saham biasa seri D dengan nilai nominal Rp 500 per saham.

Adapun agenda private placement ini yakni penerbitan saham baru akan dilakukan pada 26 Maret 2021, tanggal pencatatan saham baru private placement pada 29 Maret 2021, dan pemberitahuan hasil pelaksanaan private placement 31 Maret 2021.

5. Mau Jadi BUKU III, Bank IBK Mau Rights Issue Rp 1,23 T

PT Bank IBK Indonesia Tbk (AGRS), mengumumkan rencana penambahan modal melalui skema hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue.

Direktur Bank IBK Indonesia, Vera Afianti menjelaskan, penambahan modal ini untuk memenuhi ketentuan modal inti perseroan menjadi bank golongan BUKU III pada 2023 mendatang sesuai dengan POJK No.12/POJK.02/2020.

Dalam prospektus yang dipublikasikan, Bank IBK berencana menerbitkan sebanyak-banyaknya 7,28 miliar saham baru atau setara 39,35% dari total modal yang ditempatkan dan disetor penuh.

Nilai nominal dari pelaksanaan rights issue ini sebesar Rp 100 per saham dengan harga pelaksanaan Rp 170 per saham. "Sehingga, jumlah dana yang diperoleh dari Penawaran Umum Terbatas (PUT III) dalam penerbitan HMETD seluruhnya sebanyak-banyaknya berjumlah Rp 1,23 triliun," ungkap manajemen Bank IBK, Selasa (23/3/2021).

6. Ada Private Equity Kakap yang Masuk ke Emiten Rumah Sakit RI

Private equity terkemuka di Asia Pasifik, Quadria Capital baru saja mengakuisisi saham minoritas dari operator rumah sakit PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL). Ini merupakan bagian dari upaya perusahaan investasi ini untuk membangun jaringan perawatan multi-spesialisasi terbesar di Indonesia.

Managing Partner dan Co-Founder Quadria Capital Amit Varma mengatakan Hermina merupakan perusahaan kesehatan yang dominan di pasarnya sehingga ini akan menjadi langkah utama jaringan ini bisa berkembang lebih besar.

"Hermina merupakan kesempatan besar bagi Quadria untuk bekerja dengan jaringan rumah sakit terkemuka di Indonesia. Tim manajemen dan profesional medis di Hermina telah melakukan pekerjaan luar biasa dalam membangun platform dominan pasar. Kami berharap dapat membawa jaringan dan keahlian kami untuk mengubah Hermina menjadi jaringan perawatan multi-spesialisasi terbesar di Indonesia," kata Varma dalam keterangannya, dikutip Selasa (23/3/2021).

7. Emiten Hary Tanoe Merger dengan Malacca Straits Rp 8 T

Anak usaha dari PT MNC Vision Networks Tbk (IPTV), PT Asia Vision Network (AVN) resmi melakukan penggabungan usaha atau merger dengan Malacca Straits Acquisition Company Limited (MLAC), perusahaan cek kosong atau Special Purpose Acquisition Company (SPAC) yang tercatat di Bursa Nasdaq AS dengan kode saham MLAC.

Kedua perusahaan telah sepakat menandatangani perjanjian mengenai rencana merger tersebut. Dalam keterangan resmi IPTV, disebutkan dengan merger ini, diperkirakan nilai proforma perusahaan akan mencapai sebesar US$ 573 juta atau setara dengan Rp 8,02 triliun dengan asumsi kurs rata-rata Rp 14.000 per US$.

Adapun target merger diharapkan dapat terealisasi pada kuartal kedua atau ketiga di tahun ini.

"Nilai transaksi perusahaan gabungan sebesar US$ 573 juta setara 5,8 kali EBITDA [laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi], lebih menarik jika dibandingkan perusahaan sejenis di industri," tulis IPTV, dikutip Selasa (23/3/2021).

8. Laba Produsen Indomie Grup Salim Naik di 2020, Meski Pandemi

Emiten duo Indofood yang dimiliki Grup Salim, melaporkan kinerja keuangan yang berakhir 31 Desember 2020. Keduanya sama-sama membukukan kenaikan dari sisi laba bersih.

PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), mencatatkan perlehan penjualan neto secara konsolidasi sebesar Rp 81,73 triliun, mengalami peningkatan 7% dibandingkan Rp76,59 triliun tahun lalu.

Laba usaha meningkat 31% menjadi Rp12,89 triliun dari Rp9,83 triliun dengan marjin laba usaha sebesar 15,8%. Dengan demikian, laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk meningkat sebesar 32% menjadi Rp 6,46 triliun dari tahun sebelumnya Rp 4,91 triliun.

Sementara itu, emiten produsen mie instan dengan merek Indomie, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), membukukan penjualan neto sebesar Rp 46,64 triliun dari tahun sebelumnya Rp 42,29 triliun.

Kenaikan penjualan bersih ini juga meningkatkan laba usaha ICBP menjadi Rp 9,20 triliun dari sebelumnya Rp 7,40 triliun. Dengan demikian, laba tahun berjalan yang diatribusikan ICBP sepanjang tahun 2020 sebesar Rp 6,58 triliun dari tahun sebelumnya Rp 5,03 triliun.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular