Bolak-balik di Zona Merah, Rupiah Malah Jadi Runner Up Asia

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
23 March 2021 15:52
Dollar-Rupiah
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (23/3/2021), setelah sempat lama di zona merah. Yield obligasi (Treasury) AS yang naik turun menjadi salah satu penggerak utama rupiah.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan di Rp 14.380/US$, menguat 0,14% di pasar spot. Tetapi tidak lama rupiah langsung berbalik melemah 0,14% ke Rp 14.420/US$.

Rupiah beberapa kali sempat mencoba balik menguat, tetapi masih tertahan di zona merah. Beberapa menit sebelum penutupan perdagangan, rupiah akhirnya mampu menguat 0,07% berakhir di Rp 14.390/US$.

Dengan penguatan tersebut, rupiah menjadi runner up terbaik kedua di Asia hari ini. Hingga pukul 15:07 WIB, rupee India menjadi yang terbaik dengan menguat 0,12%. Selain rupee dan rupiah, yen Jepang juga menguat, sementara mata uang utama Asia lainnya melemah.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia. 


Rupiah di awal perdagangan hari ini menguat merespon penurunan yield obligasi (Treasury) AS kemarin. Yield Treasury tenor 10 tahun kemarin turun 5 basis poin ke 1,682%, tetapi hari ini bergerak naik turun. Sempat naik 2 basis poin ke 1,702%, kemudian malah berbalik turun 3,5 basis poin ke 1,647%, yang membuat rupiah mampu menguat.

Pelaku pasar saat ini menanti testimoni ketua bank sentral AS (The Fed) Jerome Powell, yang akan memberikan testimoni di Komite Jasa Finansial (DPR). Pelaku pasar menanti petunjuk lebih lanjut bagaimana The Fed memandang kenaikan yield Treasury AS.

Pada pengumuman kebijakan moneter Kamis pekan lalu, Powell tidak mempermasalahkan kenaikan yield Treasury, selama hal itu terjadi karena merespon pemulihan ekonomi AS. Masih belum diungkapkan sampai level berapa The Fed akan memberikan toleransi kenaikan yield.

Saat ini, yield Treasury berada di level tertinggi sejak Januari 2020, sebelum virus corona dinyatakan pandemi, dan The Fed belum membabat habis suku bunga menjadi 0,25% dan mengaktifkan lagi program pembelian aset (quantitative easing/QE).

Tingginya yield Treasury tersebut memicu capital outflow di pasar obligasi Indonesia yang pada akhirnya menekan rupiah.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> RI Lepas dari Resesi di Kuartal II-2021

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, mengungkapkan bahwa ekonomi Indonesia pada kuartal I-2021 masih tumbuh negatif alias terkontraksi. Artinya, Indonesia masih mengalami resesi.

"Untuk kuartal I-2021, kami di Kementerian Keuangan memperkirakan dalam kisaran -1% yang terdalam hingga -0,1%. Kita berharap di zona netral, mendekati -0,1%," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita edisi Maret 2021, Selasa (23/3/2021).

Jika Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia kembali minus, maka kontraksi ekonomi akan terjadi selama empat kuartal beruntun.

Suatu negara dikatakan mengalami resesi ketika PDB mengalami kontraksi dua kuartal beruntun secara year-on-year.

Sri Mulyani menambahkan, daya beli masyarakat masih lemah akibat dampak pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Ini terlihat dari perkembangan inflasi yang melambat.

Indonesia diprediksi lepas dari resesi di kuartal II-2021, bahkan PDB akan melesat hingga 7%.

"Kuartal II- 2021 akan menjadi perbaikan yang signifikan bisa di atas 7%," ungkap Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Kacaribu dalam konferensi pers APBN Kita, Selasa (23/3/2021).

Febrio menjelaskan, pemulihan ekonomi sebenarnya sudah terlihat sejak kuartal III - 2020. Ketika kontraksi ekonomi sudah mulai menipis menuju pertumbuhan yang positif.

"Arah pemulihan ekonomi konsisten," tegas Febrio.

Pada kuartal II-2021 memang banyak faktor yang bisa mendorong perekonomian. Mulai dari aktivitas lebaran hingga efek dari berbagai kebijakan pemerintah yang mendorong konsumsi dari sektor properti dan kendaraan bermotor.

"Pada akhir 2021 diharapkan pertumbuhan ekonomi 5% dengan range 4,5-5,3%," terangnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sedang Tak Berharga, Dolar Makin Banyak 'Dibuang'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular