Heboh Tesla, Ini Bocoran Target Harga ANTM-INCO Cs dari CLSA

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
23 March 2021 15:27
Antam
Foto: Dok ANTAM

Lebih lanjut, CLSA menilai, penerapan proyek kendaraan listrik harus benar-benar lepas landas ketika produksi dan infrastruktur dalam negeri, misalnya stasiun pengisian, sudah siap. Ini karena keduanya dapat menurunkan biaya kepemilikan (cost of ownership).

Untuk mempercepat, perusahaan sektor swasta juga diajak oleh pemerintah untuk membantu membangun jaringan pengisian daya dan pertukaran baterai kendaraan listrik.

Ambisi besar pemerintah di atas ditopang oleh adanya cadangan nikel, yang berperan sentral untuk pembuatan baterai. Dalam satu dekade terakhir, Indonesia telah berubah dari penambang bijih menjadi pengolah nikel hilir dan eksportir utama besi dan baja.

Indonesia juga telah menarik sejumlah pemain global utama untuk melakukan investasi sebesar US$ 30-35 miliar dalam produksi baterai EV, dengan beberapa di antaranya telah direalisasikan.

Adapun pabrik prekursor baterai baru dijadwalkan akan beroperasi pada tahun 2021-2022.

"Dengan bahan baku yang melimpah, dukungan infrastruktur, dan rekam jejak yang sukses, kami yakin negara ini akan menjadi produsen suku cadang EV dan EV yang kompetitif di Asia," ramal CLSA.

Dalam riset ini, CLSA menyematkan rekomendasi outperform rating dengan target harga Rp 6.100 untuk distributor mobil raksasa Tanah Air ASII.

Pada penutupan perdagangan hari ini, Selasa (23/3), ASII ditutup stagnan di harga Rp 5.575/saham dengan nilai transaksi Rp 263,22 miliar. Tercatat dalam sebulan saham ini terkoreksi 2,19%, sementara secara year to date (YTD) juga ambles 10,08%.

Menurut periset CLSA, ASII seharusnya mendapatkan keuntungan dari dominasi Toyota di segmen mobil hybrid. Selain itu, Toyota saat ini juga sedang mengejar teknologi kendaraan listrik baterai alias BEV.

Astra International mendominasi pasar mobil ICE dengan 50% pangsa di segmen roda empat dan 79% pangsa pasar kendaraan roda dua. Merek mobil andalan ASII, antara lain Toyota dan Daihatsu dalam segmen roda empat, serta Honda di segmen roda dua.

Toyota juga berada di garis depan teknologi hybrid secara global dan mengejar pengembangan kendaraan listrik baterai BEV.

Menurut CLSA, setelah meluncurkan beberapa model baru pada tahun 2020, Astra menguasai 79% penjualan mobil listrik di Indonesia, terutama dengan mobil hybrid Toyota hasil impor.

Dengan jaringan dealer yang kuat, layanan purna jual dan pengenalan merek, Astra memiliki posisi yang tepat untuk mendapatkan keuntungan dari inisiasi pemerintah dan berbagai tindakan pendukung. Perusahaan juga bekerja sama dengan pemerintah dalam uji kelayakan EV roda dua.

Sementara, untuk duo emiten nikel ANTM-INCO, CLSA memberi peringkat beli atau buy. ANTM dengan target harga Rp 4.000, sementara untuk INCO Rp 8.600.

Saham ANTM berhasil ditutup menguat di zona hijau sebesar 0,44% ke Rp 2.270/saham di Selasa ini. Dalam sebulan saham emiten nikel dan emas ini sudah anjlok 23,05%. Tetapi, saham ANTM melesat 224,29% secara YTD.

Tidak seperti ANTM, INCO malah merosot ke zona merah sebesar 0,44% ke posisi Rp 4.500/saham. Adapun dalam sebulan terakhir saham INCO sudah jatuh 29,96%. Namun, secara ytd saham ini sudah melejit 47,06%.

Rekomendasi CLSA ini dengan pertimangan karena keduanya sudah bergerak di bidang pertambangan bahan baterai EV yang tak lain adalah nikel. Dengan demikian, kedua emiten ini seharusnya bisa menikmati keuntungan dalam proses persiapan produksi baterai kendaraan listrik.

"Di sisi makro, kami memperkirakan permintaan global yang kuat untuk kendaraan listrik (EV) dapat membantu mengurangi defisit transaksi berjalan dan menciptakan lapangan kerja di Indonesia," jelas periset CLSA Sarina Lesmina dkk dalam riset mereka.

Sebagai informasi, pemerintah juga sudah membuat Indonesia Battery Holding (IBH) yang beranggotakan BUMN seperti Antam, Inalum, dan Pertamina.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular