
Setelah Sentuh Rp 11.300/AU$, Dolar Australia Jeblok 3 Hari

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia melemah lagi melawan rupiah pada perdagangan Senin (22/3/2021). Mata Uang Negeri Kanguru ini pada Kamis pekan lalu menyentuh level Rp 11.300/AU$ pertama kali sejak 30 Juni 2014, setelahnya berbalik turun hingga hari ini. Artinya, dolar Australia turun 3 hari beruntun.
Melansir data Refinitiv, dolar Australia pagi ini turun 0,75% ke Rp 11.064,96/AU$, sebelum memangkas pelemahan dan berada di Rp 11.144,86/AU$, melemah tipis 0,05% di pasar spot.
Tingginya posisi dolar Australia melawan rupiah tersebut tentunya memicu aksi ambil untung (profit taking) yang membuat harganya turun 3 hari terakhir.
Fundamental dolar Australia sedang bagus belakangan ini. Biro Statistik Australia pada pekan lalu melaporkan tingkat pengangguran di bulan Februari turun tajam menjadi 5,8% dari bulan sebelumnya 6,3%. Level tersebut merupakan yang terendah sejak Maret 2020.
Selain itu, sepanjang bulan Februari, perekonomian Australia menyerap 88.700 tenaga kerja, jauh lebih besar ketimbang bulan sebelumnya 29.500 tenaga kerja.
Pelaku pasar melihat perekonomian Negeri Kanguru bisa pulih lebih cepat dari prediksi, dan kemungkinan suku bunga bisa dinaikkan lebih cepat.
Bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) sebelumnya mengatakan suku bunga yang saat ini di rekor terendah 0,1% baru akan dinaikkan pada 2024.
"Kebijakan moneter yang ditetapkan saat ini terus membantu perekonomian dengan bunga pinjaman yang murah," kata Gubernur RBA, Philip Lowe, sebagaimana dilansir News.com.au, Selasa (2/3/2021).
Lowe juga mengatakan suku bunga masih akan tetap rendah sampai inflasi mencapai target 2% sampai 3%.
"Dewan Gubernur tidak akan menaikkan suku bunga sampai inflasi aktual secara substansial berada di dalam rentang 2% sampai 3%," kata Lowe.
Menurut Lowe, agar itu tercapai, pertumbuhan gaji harus lebih tinggi dari saat ini. Dan agar pertumbuhan bisa gaji bisa lebih tinggi maka pasar tenaga kerja perlu perbaikan lebih lanjut, hingga menjadi ketat.
Intinya, ketika pasar tenaga kerja semakin membaik, diikuti dengan pertumbuhan gaji, maka inflasi di Australia akan naik. Data yang dirilis hari ini, dengan penyerapan yang besar serta tingkat pengangguran yang turun tajam, bisa menjadi memberikan gambaran mulai pulihnya pasar tenaga kerja Australia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tahun Lalu Jeblok 4%, Dolar Australia Turun Lagi di Awal 2022
