Paris 'Digembok', Rupiah Ikut Prihatin...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
22 March 2021 09:20
mata uang rupiah dolar dollar Bank Mandiri
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih bergerak melemah. Berbagai sentimen negatif, terutama dari sisi eksternal, terus menghantui pasar keuangan Tanah Air.

Pada Senin (22/3/2021), US$ 1 setara dengan Rp 14.400 kala pembukaan pasar spot. Sama persis dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu alias stagnan.

Namun beberapa menit kemudian rupiah masuk jalur merah. Pada pukul 09:05 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.430 di mana rupiah melemah 0,21%.

Sepanjang minggu kemarin, rupiah melemah 0,14% di hadapan dolar AS secara point-to-point. Meski masih terdepresiasi, tetapi lajunya melambat karena pekan sebelumnya pelemahan mata uang Ibu Pertiwi mencapai 0,63%.

Seperti minggu-minggu lalu, kenaikan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS masih menjadi momok bagi pasar keuangan dunia. Sepanjang pekan lalu, yield US Treasury Bonds tenor 10 tahun naik 9,7 bps secara point-to-point.

Pada perdagangan akhir pekan, yield instrumen ini ditutup di 1,732%. Ini adalah yang tertinggi sejak 23 Januari 2020.

Kenaikan yield obligasi pemerintah AS didorong oleh tingginya ekspektasi inflasi di Negeri Paman Sam. Bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) dalam proyeksi terbarunya memperkirakan laju inflasi pada akhir tahun bisa mencapai 2,4%. Lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya yakni 1,8%.

Percepatan laju inflasi bisa membuat The Fed menaikkan suku bunga acuan lebih cepat. Saat suku bunga naik, maka yield (yang sangat sensitif terhadap suku bunga) akan ikut terkerek.

Di sini kita bicara tentang obligasi pemerintah AS, aset yang sangat aman anti gagal bayar (default). Sudah aman, kini aset itu memberikan keuntungan dengan yield yang semakin tinggi.

Akibatnya, investor terus mengalihkan fokus ke pasar obligasi pemerintah AS. Perburuan terhadap dolar AS meningkat sebagai persiapan untuk mengoleksi US Treasury Bonds.

Sepanjang pekan lalu, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,26% secara point-to-point. Jika minat investor terhadap obligasi pemerintahan Presiden Joseph 'Joe' Biden masih tinggi, maka dolar AS bakal terus berada di jalu hijau tanpa persaingan yang berarti.

Halaman Selanjutnya --> Paris 'Digembok' Lagi

Selain itu, perkembangan pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) juga membuat investor agak grogi. Di Eropa, sepertinya kasus corona kembali 'menggila'.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, jumlah pasien positif corona di Benua Biru per 19 Maret 2021 adalah 42.058.698 orang. Bertambah 233.900 orang dibandingkan sehari sebelumnya.

Sepanjang pekan lalu, rata-rata pasien positif bertambah rata-rata 199.580 orang per hari. Melonjak dibandingkan rerata sepekan sebelumnya yaitu 173.762 orang per hari.

Perkembangan ini tidak lepas dari vaksinasi anti-virus corona di Eropa yang sedang terhambat. Penggunaan vaksin buatan AstraZaneca-Universitas Oxford ditangguhkan di sejumlah negara akibat kekhawatiran soal efek samping. Padahal WHO sudah menegaskan agar negara-negara Eropa tetap melanjutkan penggunaan vaksin tersebut.

Our World in Data mencatat, laju vaksinasi anti-virus corona di negra-negara Uni Eropa menurun drastis. Rata-rata tujuh harian vaksinasi pada 20 Maret 2021 adalah 938.406 dosis per hari. Ini adalah yang terendah sejak 1 Maret 2021.

Eropa kini kembali memasuki 'musim' karantina wilayah alias lockdown. Jean Castex, Perdana Menteri Prancis, tujuh wilayah di Negeri Anggur (termasuk ibu kota Paris) akan 'digembok' selama sebulan mulai Jumat pekan lalu. Selain itu, berlaku jam malam secara nasional yaitu pada pukul 19:00.

"Di AS, kita mengantisipasi reopening besar-besaran dan virus sepertinya semakin terkendali. Namun di luar AS sepertinya tidak demikian, ini tentu tidak bagus," kata Joe Saluzzi, Co-Manager of Trading di Themis Trading yang berbasis di New Jersey, seperti dikutip dari Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular