
IHSG Cuma Drop Tipis Pekan Ini, Saat Bursa Utama Dunia Rontok

Jakarta, CNBCÂ Indonesia -Â Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah tipis 0,03% ke 6.356,16 sepanjang pekan ini. Dalam 5 hari perdagangan, IHSG mampu selama 2 hari beruntun pada Kamis dan Jumat. Data pasar mencatat, dalam sepekan investor asing melakukan aksi beli bersih Rp 978 miliar di pasar reguler, dengan nilai transaksi mencapai Rp 57,6 triliun.
IHSG tidak sendirian, beberapa bursa saham utama dunia melemah di pekan ini. di Asia, indeks Shanghai Composite China merosot 1,4%, kemudian Kospi Korea Selatan turun 0,49%, dan SET Thailand minus 0,27%.
Sementara Nikkei Jepang, Hang Seng Hong Kong, Strait Times Singapura hingga FTSE Malaysia mampu menguat.
Dari Benua Biru, indeks FTSE Inggris turun 0,78%, sementara DAX Jerman berhasil menguat 0,82%.
Kemudian kiblat bursa saham dunia, Wall Street, masuk ke zona merah. Ketiga indeks utama melemah, dipimpin Nasdaq sebesar 0,79%, kemudian S&P 500 0,77%, dan Dow Jones 0,46%.
Pelemahan Wall Street tersebut membuat IHSG beserta bursa saham lainnya ikut masuk ke zona merah. Sepanjang pekan ini, kenaikan yield obligasi (Treasury) AS menjadi penekan pasar saham.
Bank sentral AS (The Fed) di pekan ini mengumumkan hasil rapat kebijakan moneternya. The Fed sebelumnya diperkirakan akan menjalankan Operation Twist guna meredam kenaikan yield tersebut.
Operation Twist dilakukan dengan menjual obligasi AS tenor pendek dan membeli tenor panjang, sehingga yield obligasi tenor pendek akan naik dan tenor panjang menurun. Hal tersebut dapat membuat kurva yield melandai.
Mark Cabana, ahli strategi suku bunga di Bank of America Global Research, mengatakan Operation Twist merupakan kebijakan yang sempurna untuk meredam gejolak di pasar obligasi.
"Operation Twist, dengan menjual obligasi tenor rendah dan membeli tenor panjang secara simultan adalah kebijakan yang sempurna menurut pandangan kami," kata Cabana, sebagaimana dilansir CNBC International, Senin (1/3/2021).
Nyatanya, dalam pengumuman kebijakan moneter Kamis dini hari waktu Indonesia, The Fed malah tidak mempermasalahkan kenaikan yield Treasury tersebut.
The Fed masih cukup nyaman dengan kenaikan yield Treasury, selama itu merupakan respon dari membaiknya perekonomian. Alhasil, yield Treasury terus menanjak.
Kemarin yield Treasury AS tenor 10 tahun naik 0,3 basis poin ke 1,7320%. Level tersebut merupakan yang tertinggi sejak Januari 2020 atau sebelum virus corona dinyatakan sebagai pandemi, dan The Fed belum membabat habis suku bunganya menjadi 0,25% dan program quantitative easing (QE) belum dijalankan.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Perekonomian RI Mulai Menggeliat, BI Tahan Suku Bunga