Penjelasan Pelaku Pasar Soal Pemicu IHSG Ambles Hari Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Laju indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak fluaktuatif pada perdagangan di awal pekan ini, Senin (30/11/2020). Minimnya sentimen positif di dalam negeri dan aksi ambil untung oleh pelaku pasar, membuat IHSG berbalik terkoreksi.
Data perdagangan mencatat, sampai dengan pukul 11.30, IHSG melemah 0,6% ke level 5.748,43 poin. Sebelumnya, IHSG sempat berada di level 5.798,29, tersisa dua poin menguji level psikologis 5.800 poin.
Pelemahan ini sejalan dengan penurunan hampir seluruh bursa saham di Asia, seperti Nikkei, Jepang yang melemah 0,51%. Indeks Hang Seng, Hong Kong juga terkoreksi 0,50%. Sementara itu, Straits Times, Singapura terjerembap 0,49%. Hanya indeks Shanghai Composite, Hong Kong yang naik 1,10%.
Nilai transaksi IHSG mencapai Rp 9,95 triliun dengan frekuensi sebanyak 834 ribu kali. Namun, pelaku pasar asing tercatat melakukan aksi jual bersih yang cukup besar, yakni Rp 965,31 miliar.
Head of Research Samuel Sekuritas, Suria Dharma berpendapat, pelemahan IHSG dinilai wajar karena sebelumnya telah mencetak penguatan yang cukup tinggi sebulan terakhir. Selama November misalnya, IHSG sudah menguat sebesar 12,77% dengan aksi beli bersih investor asing sebesar Rp 7,26 triliun.
"IHSG memang naik cukup tinggi beberapa waktu terakhir. Jadi normal terjadi profit taking," kata Suria, kepada CNBC Indonesia, Senin (30/11/2020).
Suria melanjutkan, sampai dengan penghujung tahun ini, IHSG masih berpeluang melanjutkan tren penguatan seiring dengan sentimen positif perkembangan vaksin Covid-19 yang beberapa produsen seperti Pfizer dan AstraZenecca sudah menunjukkan indikasi keberhasilan di atas 90%.
"Trennya masih optimis naik. Vaksin sangat penting dan beberapa produsen sudah mengindikasikan keberhasilan di atas 90%," ungkapnya.
Di sisi lain, penambahan kasus positif harian di Indonesia juga menjadi perhatian pelaku pasar. Sampai dengan 29 November 2020, rata-rata kasus aktif meningkat menjadi 13,41%. Kemarin, kasus positif harian juga menyentuh level tertinggi, yakni 6.267 kasus.
Ini yang juga disoroti Presiden Jokowi mengenai penanganan Covid-19 di Indonesia belum menunjukkan adanya perbaikan, malah memburuk.
Sementara itu, Artha Sekuritas menilai, pelaku pasar perlu mewaspadainya adanya potensi koreksi jangka pendek IHSG.
"Pergerakan masih didorong optimisme pemulihan ekonomi pada akhir tahun. Dari dalam negeri masih minim sentimen perekonomian," ungkap Artha Sekuritas, Senin (30/11/2020).
Dari luar negeri, pasar juga masih terdorong optimisme atas terpilihnya Janet Yellen sebagai Menteri Keuangan. Sementara itu, saat ini juga telah dimulai masa transisi kepemimpinan di AS. Presiden petahana, AS Donald Trump menyatakan akan segera meninggalkan White House jika suara elektoral sudah diumumkan dan memenangkan Joe Biden.
Presiden Jokowi tak bisa menyembunyikan rasa kecewanya, lantaran penanganan Covid-19 di Indonesia bukan semakin membaik, malah kian memburuk.
Hal tersebut dikemukakan Jokowi saat memimpin rapat terbatas dengan topik pembahasan Laporan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, di Istana Merdeka, kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta.
"Ini semuanya memburuk semuanya," tegas Jokowi, Senin (30/11/2020).
Berdasarkan data yang diterima Kepala Negara per 29 November 2020, rata-rata kasus aktif meningkat menjadi 13,41%. Meskipun masih lebih baik dari angka dunia, namun ini lebih tinggi dibandingkan rata-rata kasus aktif minggu lalu yang berada di 12,78%.
"Tingkat kesembuhan juga sama. Minggu lalu 84,03%, sekarang 83,44%," katanya.
Sebagai informasi, kasus Covid-19 berkali-kali mencetak rekor selama November 2020. Hal ini sudah sepantasnya menjadi alarm tanda bahaya agar semua stakeholder, baik dari pemerintah sampai masyarakat untuk makin gencar menerapkan protokol kesehatan.
Tercatat sebanyak 4 kali Indonesia mencetak rekor pertambahan kasus harian. Yang tertinggi terjadi pada Minggu (29/11/2020) dengan 6.267 pasien Covid-19 dalam sehari.
Selain itu, juga ada rekor kasus kematian dengan 169 pasien meninggal dalam sehari pada 27 November 2020. Kemarin, kasus kematian juga menyamai rekor tersebut.
Selain dari dalam negeri, ancaman utama pasar modal yakni virus corona di pusat perekonomian dunia Amerika Serikat juga masih menghantui. Kasus positif corona di AS kembali memecahkan rekor dengan total 205.460 kasus positif dalam sehari dengan total 13,3 juta warga yang terjangkit nC0v-19.
Selain itu libur Thanksgiving Day yang identik dengan memakan kalkun panggang ini juga ditakutkan akan menjadi sumber penyebaran kasus corona baru sebab biasanya pada perayaan ini para keluarga akan berkumpul dan bertemu dengan orang tua dan sanak saudara mereka untuk makan kalkun bersama.
Hal ini tentu ditakutkan akan memicu penyebaran corona, sehingga banyak pihak yang sudah mewanti-wanti agar perayaan Thanksgiving pada tahun ini dilakukan dalam versi daring saja.
(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Awas Jenuh Beli! IHSG Belum Bisa ke 5.600 Hari Ini
