
Sempat Jeblok, Dolar Australia Menuju Level Tertinggi 7 Tahun

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia naik pada perdagangan Jumat (19/3/2021) setelah kemarin sempat menyentuh level tertinggi nyaris dalam 7 tahun terakhir, sebelum terkoreksi akibat aksi ambil untung.
Pada pukul 10:32 WIB, 1 AU$ setara Rp 11.178,52, dolar Australia menguat 0,16% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Kemarin, Mata Uang Negeri Kanguru ini menyentuh level 11.301,99/AU$, level tersebut merupakan yang tertinggi sejak 30 Juni 2014, sebelum berbalik merosot 0,73%.
Posisi dolar Australia yang tinggi, serta sentimen pelaku pasar yang sedang membaik memicu aksi ambil untung (profit taking).
Namun, dolar Australia kembali bangkit sebab fundamentalnya sedang bagus. Biro Statistik Australia kemarin melaporkan tingkat pengangguran di bulan Februari turun tajam menjadi 5,8% dari bulan sebelumnya 6,3%. Level tersebut merupakan yang terendah sejak Maret 2020.
Selain itu, sepanjang bulan Februari, perekonomian Australia menyerap 88.700 tenaga kerja, jauh lebih besar ketimbang bulan sebelumnya 29.500 tenaga kerja.
Sontak rilis data tersebut membuat dolar Australia melesat, pasar melihat perekonomian Negeri Kanguru bisa pulih lebih cepat dari prediksi, dan kemungkinan suku bunga bisa dinaikkan lebih cepat.
Bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) sebelumnya mengatakan suku bunga yang saat ini di rekor terendah 0,1% baru akan dinaikkan pada 2024.
"Kebijakan moneter yang ditetapkan saat ini terus membantu perekonomian dengan bunga pinjaman yang murah," kata Gubernur RBA, Philip Lowe, sebagaimana dilansir News.com.au, Selasa (2/3/2021).
Lowe juga mengatakan suku bunga masih akan tetap rendah sampai inflasi mencapai target 2% sampai 3%.
"Dewan Gubernur tidak akan menaikkan suku bunga sampai inflasi aktual secara substansial berada di dalam rentang 2% sampai 3%," kata Lowe.
Menurut Lowe, agar itu tercapai, pertumbuhan gaji harus lebih tinggi dari saat ini. Dan agar pertumbuhan bisa gaji bisa lebih tinggi maka pasar tenaga kerja perlu perbaikan lebih lanjut, hingga menjadi ketat.
Intinya, ketika pasar tenaga kerja semakin membaik, diikuti dengan pertumbuhan gaji, maka inflasi di Australia akan naik. Data yang dirilis hari ini, dengan penyerapan yang besar serta tingkat pengangguran yang turun tajam, bisa menjadi memberikan gambaran mulai pulihnya pasar tenaga kerja Australia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sedang Tak Berharga, Dolar Makin Banyak 'Dibuang'
