
IHSG Akhirnya Bangkit, tapi Ada yang Harus Diantisipasi

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sumringah pada perdagangan hari ini. Dibuka hijau, IHSG mantap melesat di zona hijau perdagangan Kamis (18/3/21).
Indeks acuan bursa nasional tersebut dibuka naik 0,52% ke 6.309,57. Selang 20 menit IHSG semakin melesat 0,87% ke level 6.332,28 jelang rilis suku bunga acuan bank sentral RI.
Nilai transaksi hari ini sebesar sebesar Rp 1,7 triliun dan terpantau investor asing menjual bersih Rp 74 miliar di pasar reguler.
Asing melakukan pembelian di saham PT Astra Internasional Tbk (ASII) sebesar Rp 32 miliar dan PT Digital Mediatama Maxima Tbk (DMMX) Rp 24 miliar.
Sedangkan jual bersih dilakukan asing di saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang dilego Rp 23 miliar dan PT Bank Jago Tbk (ARTO) yang dijual Rp 6 miliar.
Konfirmasi yang dinanti-nanti dalam 3 hari terakhir itu akhirnya muncul juga. Bank sentral Amerika Serikat (AS) menegaskan bahwa kebijakan moneter longgar-yang memungkinkan suku bunga rendah dan aksi gelontor likuiditas di pasar-bakal tersebut berlanjut.
Ini memberikan kelegaan tersendiri bagi pelaku pasar global, terutama di AS, karena memungkinkan mereka untuk terus mendapatkan limpahan dana di pasar, yang pada gilirannya bakal terciprat ke pasar negara berkembang (termasuk Indonesia).
Dalam pidatonya, The Fed mengakui bahwa inflasi tahun ini bisa menyentuh angka 2,2%, di atas rerata patokan yang biasa mereka pakai untuk mencegah mesin ekonomi terlalu panas (overheated).
Namun, secara bersamaan The Fed menegaskan akan tetap mempertahankan kebijakan moneter longgarnya tersebut demi pasar tenaga kerja dan ekonomi yang membaik.
"Kami memang berharap bahwa akan ada kemajuan lebih cepat di pasar tenaga kerja dan inflasi setelah sekian tahun, berkat kemajuan vaksin, dan karena dukungan fiskal yang kita dapatkan," tutur Ketua The Fed Jerome Powell sebagaimana dikutipCNBC International.
Artinya, inflasi boleh saja tinggi, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun (yang jadi acuan pasar) boleh naik mendekati angka 2%, suku bunga nyaris nol persen akan dipertahankan.
Dus, dalam jangka menengah, pasar global masih akan aman dari risiko taper tantum (capital outflowmasif dari pasar negara berkembang ketika The Fed mengurangi atau menghentikan pembelian obligasi di pasar).
Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) akan menggelar konferensi pers seteah Gubernur BI Perry Warjiyo dan kolega menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 17-18 Maret 2021. Hasilnya, suku bunga acuan bulan ini kemungkinan akan ditahan.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI 7 Day Reverse Repo Rate akan dipertahankan di level 3,5%. Dua belas ekonom/analis dalam pembentukan konsensus memperkirakan tidak ada perubahan. Sepakat bulat, aklamasi, tidak adadissenting opinion.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sempat Dibuka Hijau, IHSG Sempat Sentuh Rekor Lagi