Yield AS Naik Lagi, Wall Street Dibuka Berayun ke Zona Merah

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
17 March 2021 21:56
Trader Peter Tuchman works on the floor of the New York Stock Exchange, (NYSE) in New York, U.S., April 27, 2018. REUTERS/Brendan McDermid
Foto: REUTERS/Brendan McDermid

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) dibuka positif pada sesi awal perdagangan Rabu (17/3/2021) tetapi kemudian terseret ke zona merah, di tengah antisipasi investor atas hasil rapat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).

Indeks Dow Jones Industrial Average naik 52,5 poin (+0,16%) pada pukul 08:30 waktu setempat (21:30 WIB) dan 20 menit kemudian berbalik minus 10,7 poin (-0,03%) ke 32.815,26. S&P 500 surut 22,1 poin (-0,56%) ke 3.940,59 dan Nasdaq tersungkur 144,2 poin (-1,07%) ke 13.327,35.

Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun kembali mencetak rekor pada tertinggi baru di 1,67%, atau tertinggi sejak Februari 2020. Kenaikan imbal hasil telah mengganggu kinerja bursa saham beberapa pekan terakhir, terutama bagi saham teknologi.

Yield obligasi serupa bertenor 30 tahun juga loncat ke 2,428% atau tertinggi sejak November 2019. Kondisi tersebut bisa menekan arus kas emiten penerbit surat utang terutama mereka yang bergerak di sektor teknologi.

Saham Apple, Alphabet dan Facebook kompak melemah di pembukaan, dipimpin Tesla yang drop lebih dari 2%. Saham kapal pesiar Royal Caribbean dan Carnival naik sekitar 1%. Saham McDonald juga melesat 1% setelah Deutsche Bank mendongkrak peringkat saham tersebut dari 'tahan' menjadi 'beli'.

Dalam pidato Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell, pasar bakal mencari indikasi The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebelum atau sesudah 2023. The Fed akan merilis kebijakan terbarunya pasca-kucuran stimulus senilai US$ 1,9 triliun.

Kebijakan moneter longgar yang sekarang dijalankan bakal menjadi sorotan apakah akan dilanjut atau dikurangi. Investor juga akan memantau komentar Powell, di mana komentarnya akan menentukan arah pergerakan bursa.

Terlebih, kebijakan yang diambilnya bakal menjadi acuan bank sentral lain di seluruh dunia. Bank sentral Inggris, Jepang dan Indonesia akan menggelar rapat serupa besok yang juga berujung pada pengumuman suku bunga acuan.

"Ada asumsi bahwa kebijakannya masih dovish besok. Dengan stimulus tambahan, sulit baginya untuk tak dovish. Mereka takut membuat pasar takut. Mereka takut mengganggu pemulihan," tutur Peter Boockvar, Direktur Investasi Bleakley Advisory Group, kepada CNBC International.

Harga minyak juga menjadi fokus pasar setelah melemah karena kekhawatiran permintaan bakal tertekan. Koreksi harga terjadi setelah beberapa negara menghentikan penggunaan vaksin besutan AstraZeneca, yang dikhawatirkan memperlambat laju vaksinasi dan pemulihan ekonomi.

Pada Selasa, Dow Jones tertekan nyaris 130 poin akibat koreksi saham Boeing yang nyaris mencapai 4% dan S&P 500 melemah 0,16%. Sementara itu, Nasdaq menguat 0,09% berkat reli saham Facebook, Amazon, Apple, Netflix dan Alphabet (induk usaha Google).

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Abaikan Data Pengangguran yang Ciamik, Dow Jones Dibuka Merah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular