Abaikan Data Pengangguran yang Ciamik, Dow Jones Dibuka Merah

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
25 February 2021 21:56
A specialist trader works at his post on the floor of the New York Stock Exchange, (NYSE) in New York, U.S., March 22, 2018. REUTERS/Brendan McDermid
Foto: REUTERS/Brendan McDermid

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) dibuka melemah pada perdagangan Kamis (25/2/2021), kembali berbalik dari posisi kemarin tatkala Dow Jones mencetak rekor tertinggi baru.

Koreksi terjadi bahkan ketika klaim awal pengangguran pekan lalu tercatat 730.000, atau jauh lebih baik dari prediksi ekonom dalam survei Dow Jones yang memperkirakan angka 845.000. Pesanan barang tahan lama per Januari juga naik 3,4%, jauh lebih baik dari konsensus Dow Jones pada angka 1%.

Namun, indeks Dow Jones Industrial Average turun 19,9 poin (-0,06%) pukul 08:30 waktu setempat (21:30 WIB) dan 20 menit kemudian menjadi minus 49 poin (-0,15%) ke 31.912,85. S&P 500 turun 8,6 poin (-0,22%) ke 3.916,87 dan Nasdaq anjlok 36,4 poin (-0,27%) ke 13.561,61.

Pasar masih khawatir dengan risiko kenaikan imbal hasil (yield) mengingat imbal hasil obligasi pemerintah tenor 10 tahun telah menyentuh 1,46% yang merupakan level tertinggi sejak Februari 2020. Kondisi ini menekan emiten teknologi karena bisnis mereka padat modal sehingga rutin merilis obligasi.

Imbal hasil tinggi juga berpeluang mendorong investor untuk berpindah dari saham ke obligasi. Sebagai perbandingan imbal hasil dividen indeks S&P 500 saat ini berada di level 1,47% meski premi risikonya lebih tinggi ketimbang pasar obligasi negara.

"Basis asumsi kami adalah imbal hasil akan terus naik karena ekonomi bertumbuh, ekspektasi inflasi yang naik, dan akhirnya normalisasi Federal Reserve," tutur Ryan Detrick, kepala perencana pasar LPL Financial sebagaimana dikutip CNBC International.

Jika imbal hasil terus naik terlalu tinggi dan terlampau cepat, lanjut dia, The Fed akan turun tangan memastikan kenaikan tersebut tidak terlalu ketat dan mengganggu pasar saham atau ekonomi di sektor riil.

Kekhawatiran soal yield memang agak surut setelah bos bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) Jerome Powell menilai inflasi bukanlah ancaman, karena perlu 3 tahun untuk mencapai target inflasi yang dipatok bank sentral.

Dalam pidato di depan Komite Layanan Keuangan DPR AS semalam, Powell menilai inflasi bakal volatil ketika ekonom dibuka kembali dan permintaan meningkat dan pihaknya memiliki kiat untuk mengatasi kemungkinan itu. Namun faktanya, imbal hasil obligasi pemerintah AS justru kembali naik.

Departemen Perdagangan AS akan merilis estimasi kedua pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2020. Beberapa emiten besar di Eropa juga akan merilis kinerja keuangannya seperti Best Buy, Papa John's and Domino's Pizza, dan Airbnb yang baru saja mencatatkan sahamnya di bursa.

Saham GameStop, yang sempat ramai bulan lalu karena menjadi lokasi perlawanan investor ritel terhadap praktik jual kosong (short selling), hari ini kembali bangkit dengan meroket lebih dari 70% di sesi pembukaan.

Pada Rabu, Dow Jones lompat 425 poin menyentuh rekor tertinggi dalam perdagangan yang volatil karena sempat anjlok hingga lebih dari 110 poin. Indeks S&P 500 melesat 1,1%, sementara Nasdaq tumbuh 1% setelah sempat melemah 1,3%.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jelang Rilis Kinerja Nvidia, Nasdaq & S&P500 Tergelincir

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular