
Selain Yuan China, Rupiah & Mata Uang Asia Lainnya Gugur!

Kenaikan yield Treasury sebenarnya bisa berdampak buruk bagi Amerika Serikat, sebab biaya pinjaman kemungkinan akan naik, yang berisiko menghambat laju pemulihan ekonomi Negeri Paman Sam. Oleh karena itu, bank sentral AS (The Fed) diperkirakan akan mengambil langkah guna meredam kenaikan yield Treasury.
The Fed pada rapat kebijakan moneter 16 - 17 Maret waktu setempat diperkirakan akan mengaktifkan kembali Operation Twist yang pernah dilakukan 10 tahun yang lalu, saat terjadi krisis utang di Eropa.
Operation Twist dilakukan dengan menjual obligasi AS tenor pendek dan membeli tenor panjang, sehingga yield obligasi tenor pendek akan naik dan tenor panjang menurun. Hal tersebut dapat membuat kurva yield melandai.
Hasil rapat kebijakan moneter tersebut baru akan diumumkan pada Kamis dini hari waktu Indonesia, sehingga pergerakan besar bisa terjadi besok.
CIO BlackRock, Rick Rieder mengatakan konferensi pers ketua The Fed, Jerome Powell, akan menarik untuk dilihat dan bisa menjadi "kegilaan di bulan Maret" bagi pasar, sebab ada kemungkinan Powell akan menjelaskan mengenai kebijakan suku bunga ke depannya.
"Jika Powell (ketua The Fed) tidak mengatakan apapun, itu akan menggerakkan pasar. Jika dia memberikan banyak penjelasan itu akan menggerakkan pasar," kata Rieder, sebagaimana dilansir CNBC International, Selasa (16/3/2021).
Selain The Fed, Bank Indonesia (BI) juga mengadakan Rapat Dewan Gubernur (RDG) mulai hari ini, dan hasilnya akan diumumkan Kamis siang. Pergerakan rupiah akan menjadi menarik merespon dua pengumuman kebijakan moneter tersebut.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
